TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Gen Menakutkan Ini Bisa Kamu Dapat dari Orangtuamu

Mulai dari gen kekerasan hingga gen penentu waktu kematian

freepik.com/teksomolika

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

Peribahasa tersebut memiliki arti bahwa sifat anak tidak akan jauh berbeda dengan ayah atau ibunya. Ini karena kita mewarisi sejumlah gen dari orangtua kita.

Gen adalah unsur penentu dari semua hal yang berkaitan dengan fitur manusia, baik fisik maupun nonfisik. Namun tidak semua gen yang kita dapatkan itu baik. Sebagian di antaranya buruk dan kita bahkan akan lebih tanpa gen tersebut.

Apa saja gen-gen yang dimaksud? Simak penjelasan berikut ini.

1. Gen kekerasan

frontiersinblog.com

Gen MAOA dan cadherin 13 (CDH13) sering diklasifikasikan sebagai “warrior gene”. Ini karena keduanya berkaitan dengan kecenderungan kekerasan yang dimiliki seseorang. Orang yang memiliki gen ini memiliki kemungkinan 13 kali lipat untuk menjadi pelaku kekerasan yang berkelanjutan. 

Dilansir dari Psychology Today, 40 hingga 50 persen populasi manusia memiliki gen ini. Namun tidak berarti semuanya akan menjadi pribadi yang kejam. Efek dari warrior gene bisa ditekan dengan kepribadian yang baik.

2. Gen bunuh diri

thesun.co.uk

Ilmuwan telah menemukan kaitan antara depresi dan bunuh diri dengan gen RGS2. Sebuah varian gen tersebut bisa menyebabkan depresi, sedangkan varian lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang untuk bunuh diri. Dilansir dari The Guardian, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 43 persen pasien dengan depresi yang memutuskan bunuh diri memiliki gen RGS2 yang agresif.

Keberadaan gen bunuh diri ini menjadi jelas setelah ilmuwan meneliti fenomena bunuh diri dalam sebuah keluarga di tahun 1961. Di tahun itu Ernest Hemingway mati karena bunuh diri. Ternyata ayahnya juga mati dengan cara yang sama di tahun 1928. Menyusul Ernest, dua saudara dan cucunya juga bunuh diri. 

Baca Juga: Mengenal Gelotophobia, Ketakutan Seseorang Terhadap Suara Tawa

3. Gen trauma

bisnis.com

Ilmuwan menemukan bahwa orangtua dapat mentransferkan efek pengalaman traumatis pada anak-anaknya secara genetik. Studi ini didapatkan saat peneliti mengamati kehidupan dari keturunan budak Holocaust dan veteran perang Vietnam. Orangtua memiliki gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang kemudian diwariskan ke anaknya. 

Studi tersebut mengatakan bahwa saat seseorang mengalami hal traumatis, gen mereka berubah. Tidak hanya itu, trauma juga membuat amygdala, bagian otak yang memproses emosi, menjadi lebih aktif. Karakter-karakter itu akhirnya didapatkan pula oleh keturunan orang-orang yang memiliki trauma.

4. Gen selingkuh

wired.com

Gen yang memiliki peran untuk hal ini adalah gen DRD4. Ia bertugas untuk mengatur kadar dopamin yang berkaitan dengan motivasi dan kepuasan seksual. Tubuh kita menganggapnya sebagai semacam hadiah. Itulah sebabnya DRD4 biasa dilepaskan ketika kita terlibat dalam perilaku judi, minum minuman keras, dan seks.

Sebuah studi di tahun 2010 dari Binghamton University, New York menemukan bahwa varian gen DRD4 bisa membuat seseorang lebih rentan untuk selingkuh dari pasangannya. Namun peneliti sendiri mengungkapkan bahwa hasil ini tidak bisa digeneralisasi karena selingkuh adalah pilihan. Gen tersebut hanya hadir sebagai hasrat seksual yang berlebih.

5. Gen pesimis

istockphoto.com

Penelitian dari jurnal Psychological Science menemukan bahwa varian dari ADA2b bisa menjadi media pewarisan sifat pesimis pada seseorang. Peneliti melibatkan 200 orang dalam eksperimen.

Hasil menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki banyak ADA2b lebih optimis dalam melihat dunia daripada mereka yang memilikinya. Ini karena gen tersebut memicu hilangnya asam amino, zat yang dapat mempengaruhi emosi.

6. Gen terlalu banyak bicara

todaysparent.com

Kecenderungan seseorang untuk banyak bicara bisa diturunkan secara genetis. Ilmuwan menemukan bahwa ini disebabkan oleh gen FOXP2. Ia bisa mengeluarkan protein tertentu di otak yang menginstruksikan tubuh untuk berbicara. Dilansir dari Live Science, gen tersebut ternyata juga mempengaruhi kemampuan motorik dan kognitif seseorang dalam berbicara dan berbahasa. 

Baca Juga: Gregor Mendel: Petani, Biarawan, dan Bapak Genetika Modern

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya