TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Penjara Masa Penjajahan Mengerikan di Indonesia, Banyak Telan Korban

Mayoritas dibangun saat penjajahan Belanda

Gedung Lawang Sewu Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Para penjajah Belanda meninggalkan banyak arsitektur di Indonesia, salah satunya dalam bentuk penjara. Bangunan-bangunan tersebut menjadi saksi bisu dari kekejaman para penjajah.

Di dalamnya, para tahanan baik yang bersalah maupun yang tidak bersalah diperlakukan dengan buruk. Mereka disiksa oleh sipir, dimasukkan dalam ruangan yang sempit dan minim cahaya, serta dibiarkan mati kelaparan. 

Ingin tahu apa saja penjara peninggalan penjajah yang paling mengerikan di Indonesia? Simak berikut ini!

1. Penjara bawah tanah Lawang Sewu, Semarang

Bastiaan Ferri/IDN Times

Salah satu penjara masa penjajahan paling terkenal di Indonesia adalah Lawang Sewu. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda, bangunan tua ini sebenarnya berfungsi sebagai kantor kereta api yang disebut sebagai Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Saat Jepang merebut Indonesia dari Belanda, mereka mengalihfungsikan bangunan ini menjadi penjara bawah tanah. Ada dua jenis penjara yang paling terkenal di Lawang Sewu, yakni penjara jongkok dan penjara berdiri. 

Berbentuk seperti bak mandi, penjara jongkok hanya memiliki tinggi 50 sentimeter. Seperti namanya, para tahanan harus jongkok di dalam ruangan sempit itu. Seakan tak cukup kejam, bak tersebut diisi air yang mencapai leher lalu ditutup dengan besi. 

Sementara penjara berdiri dibuat dengan ukuran 1 x 1 meter. Ruangan tersebut biasanya diisi oleh delapan orang. Yang lebih mengerikan lagi, tubuh para tahanan yang mati karena disiksa dan kelaparan dibuang begitu saja di sungai sebelah Lawang Sewu. 

2. Penjara di Museum Fatahillah, Jakarta

Suasana Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah yang berada di Kota Tua, Jakarta Barat pada Rabu (5/8/2020) (IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Terletak di Kota Tua, Jakarta, Museum Fatahillah menjadi saksi biksu kejamnya para penjajah Belanda. Sementara bagian atasnya digunakan sebagai kantor dan ruang pengadilan, bagian bawah tanah museum tersebut adalah penjara.

Secara khusus, penjara bawah tanah Museum Fatahillah lebih sering digunakan untuk menahan tokoh-tokoh yang menentang pemerintahan kolonial. Tercatat bahwa ada sejumlah pahlawan yang pernah mendekam di penjara tersebut. Di antaranya adalah Untung Suropati, Cut Nyak Dien, dan Pangeran Diponegoro. 

Dalam ruangan bawah tanah tersebut, ada sekitar 500 orang tahanan. Terlebih lagi, atapnya begitu rendah. Siapa pun yang masuk harus menunduk. Para tahanan pun berdesak-desakan, dibiarkan mati kelaparan, atau bahkan disiksa hingga mati di dalamnya. 

Baca Juga: 7 Tokoh Belanda Penjajah Indonesia Terkejam, Populer di Buku Sejarah

3. Penjara Kalisosok, Surabaya

Kondisi sekitar penjara Kalisosok, Surabaya. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Beralih dari ibukota, Surabaya juga memiliki peninggalan penjara yang tak kalah mengerikan. Ialah Penjara Kalisosok yang berada di daerah Krembangan, Surabaya. Bangunan tersebut pernah menahan sejumlah tokoh pahlawan seperti Sukarno, W.R. Supratman, dan H.O.S TJokroaminoto.

Penjara yang dibangun di era kepemimpinan Herman Willem Daendels ini memiliki ruang bawah tanah yang gelap dan pengap. Satu ruangan sempit kapasitas 20 orang dipaksakan untuk memuat 90 orang. Tak hanya itu, Penjara Kalisosok juga dijadikan tempat eksekusi tahanan. 

Namun sayang sekali, bangunan yang seharusnya menjadi cagar budaya tersebut kini tidak terurus dan bahkan beralih fungsi menjadi tempat kos. Tertarik untuk mencoba tinggal di sana?

4. Lapas Sukamiskin, Bandung

wikimapia.org

Dibangun pada tahun 1918 oleh Wolff Schoemaker, Lapas Sukamiskin ternyata pernah digunakan sebagai penjara di zaman pemerintah kolonial Belanda. Penjara yang memiliki 552 sel tersebut mayoritas dihuni oleh kaum intelektual Indonesia yang dianggap membangkang. Sedangkan sel bawah tanahnya digunakan untuk penjahat yang dianggap berbahaya

Sukarno adalah salah satu orang yang pernah menghuni lapas tersebut. Ia tinggal di sebuah ruangan berukuran 3 x 2,5 meter. Rambutnya dipotong hingga hampir gundul dan ia pernah dijadikan pekerja kasar di sana. Di sanalah Sukarno membuat beberapa buku, seperti Di Bawah Bendera Revolusi, Indonesia Menggugat, dan lain-lain. 

5. Penjara Benteng Pendem, Cilacap

wikimedia.org

Berikutnya ada penjara bawah tanah yang terletak di Benteng Pendem , Cilacap, Jawa Tengah. Bangunan dengan nama asli Kustbatterij op de Landtong te Cilacap ini dulunya dijadikan sebagai alat pertahanan Belanda saat menghadapi Sekutu dan pemberontakan bangsa Indonesia. 

Di sekeliling Benteng Pendem terdapat parit yang disebut-sebut diisi oleh buaya.Tujuannya adalah untuk menghalau pekerja rodi dan para tahanan untuk keluar dan mencegah musuh masuk ke dalamnya. 

Para sipir tahanan di Benteng Pendem pun terkenal tak memiliki ampun. Mereka tak ragu menghabisi nyawa para pekerja rodi yang melawan atau sudah tidak produktif lagi. Nasib yang sama juga dialami oleh para tahanan yang dikurung di sel bawah tanahnya. Jasad-jasad mereka kemudian dibuang ke dalam sumur yang ada di benteng tersebut. 

6. Benteng Marlborough, Bengkulu

wikimedia.org

Tak seperti penjara lainnya, Benteng Marlborough adalah bangunan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Inggris di Bengkulu. Namun setelah itu, yang banyak menggunakannya adalah pemerintah Belanda. Selain berfungsi sebagai tempat pertahanan, ia juga memiliki penjara di bagian bawah tanahnya.

Salah satu yang khas dari penjara ini adalah salah satu dinding selnya yang berlumur darah. Dulu memang ada salah satu tahanan yang menulisi selnya dengan darah sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Belanda.

Tak hanya menuliskan keluh kesahnya, ia juga menggambar sebuah arah mata angin di sana. Hingga saat ini, tidak ada yang tahu apa arti gambar tersebut. 

Baca Juga: 7 Bukti Kekejaman Penjajah Jepang, dari Romusha hingga Perbudakan Seks

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya