Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makanan kucing (unsplash.com/Laura Chouette)
ilustrasi makanan kucing (unsplash.com/Laura Chouette)

Intinya sih...

  • Makanan mentah untuk kucing terbuat dari bahan-bahan mentah seperti daging, ikan, dan organ dalam hewan.

  • Kandungan air dalam makanan kucing olahan dan mentah mempengaruhi kebutuhan hidrasi kucing.

  • Baik makanan mentah maupun olahan memiliki risiko kontaminasi bakteri dan parasit yang dapat membahayakan kesehatan kucing dan pemiliknya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di alam liar, nenek moyang kucing rumahan adalah pemburu yang ahli. Mereka mengandalkan insting untuk mengejar mangsa, lalu memakannya mentah-mentah tanpa dimasak. Gambaran ini membuat banyak pemilik kucing bertanya-tanya, apakah kucing sebaiknya diberi makanan yang mentah juga?

Pertanyaan ini memicu perdebatan panjang di kalangan pecinta kucing dan dokter hewan. Yuk, cari tahu keuntungan dan risiko di balik diet makanan mentah untuk anabul kamu.

1. Apa itu makanan mentah untuk kucing?

ilustrasi memberi makanan kucing jalanan (pexels.com/Helena Lopes)

Makanan mentah untuk kucing adalah makanan yang tidak diproses dan terbuat dari bahan-bahan mentah, seperti daging, ikan, dan organ dalam hewan. Sebagai karnivora, kucing memiliki kebutuhan gizi yang khas dan hanya bisa terpenuhi melalui asupan jaringan hewan.

Itu sebabnya makanan mentah biasanya menempatkan daging mentah di urutan teratas daftar bahan dan sering kali ditambah tulang giling. Ini bertujuan sebagai sumber kalsium dan fosfor, serta suplemen vitamin dan mineral untuk mencegah kekurangan gizi.

Kucing membutuhkan kadar protein tinggi karena mereka mengandalkan protein sebagai sumber energi utama. Selain itu, asupan asam amino seperti taurin, asam arakidonat, vitamin A, vitamin D, dan berbagai vitamin B harus terpenuhi dalam jumlah cukup agar kesehatan kucing tetap optimal.

2. Perbandingan kadar air

Gizi dari makanan kucing tergantung dari merek yang digunakan dan nutrisi makanan yang diberikan. Ini berlaku untuk untuk makanan kucing olahan (kalengan, kering, dll.) maupun makanan kucing mentah.

Salah satu aspek yang bisa menjadi perbandingan adalah kadar air dari makanan olahan dan makanan mentah untuk kucing.

Kucing secara alami mendapatkan sebagian besar asupan air dari makanannya, bukan dari minum langsung seperti manusia. Makanan kering memiliki kadar air yang sangat rendah, sehingga berisiko membuat kucing kurang terhidrasi jika tidak diimbangi dengan asupan cairan lain.

Sebaliknya, makanan kalengan mengandung kadar air yang tinggi, setara atau bahkan melebihi makanan kucing berbahan mentah. Ini bisa membantu memenuhi kebutuhan hidrasi tanpa harus beralih sepenuhnya ke diet raw food.

3. Kualitas bahan dan daya cerna

ilustrasi memberi makanan kucing jalanan (pexels.com/Engin Akyurt)

Baik makanan mentah maupun olahan bisa dibuat dari bahan dengan kualitas yang berbeda-beda, sehingga “mentah” tidak selalu berarti berkualitas tinggi atau mudah dicerna. Bahkan, proses memasak justru bisa meningkatkan nilai gizi pada makanan tertentu.

Misalnya, banyak jenis makanan laut mentah mengandung enzim thiaminase yang dapat memecah vitamin B1 (tiamin). Jika kucing terlalu sering mengonsumsi makanan laut mentah, ia berisiko mengalami kekurangan tiamin yang bisa berujung pada penurunan nafsu makan, kejang, hingga kematian. Proses memasak bisa menghancurkan thiaminase, sehingga membuat jenis makanan laut tersebut aman dikonsumsi kucing.

4. Nilai gizi

Hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa diet makanan mentah untuk kucing memberikan nutrisi yang lebih baik dibandingkan jenis makanan kucing lainnya. Memang, diet mentah dengan kualitas tinggi bisa saja lebih unggul secara gizi dibanding makanan olahan berkualitas rendah.

Akan tetapi, manfaat serupa juga bisa diperoleh dengan beralih ke makanan kucing kalengan berkualitas tinggi. Oleh karena itu, makanan olahan ataupun makanan mentah memiliki nilai gizi yang berbeda-beda, tergantung pada kandungan nutrisi makanan tersebut.

5. Risiko kontaminasi pada makanan kucing mentah

ilustrasi makanan kucing (unsplash.com/Abeer Zaki)

Meski ada yang menganggap makanan mentah dapat memberikan nutrisi yang baik, risikonya tetap tidak bisa diabaikan. Studi menunjukkan bahwa makanan kucing mentah, baik komersial maupun buatan rumah, memiliki tingkat kontaminasi lebih tinggi oleh patogen seperti Salmonella, Listeria, dan E. coli dibandingkan makanan kucing biasa.

Bahkan, data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengungkap sekitar seperempat bagian ayam mentah di fasilitas produksi makanan manusia terkontaminasi Salmonella atau Campylobacter. Parasit seperti Toxoplasma gondii juga bisa menyebar melalui makanan mentah ini.

6. Dampak terhadap kesehatan kucing dan pemilik

Walau kucing dewasa yang sehat mungkin memiliki daya tahan alami terhadap patogen bawaan makanan, ada laporan kucing yang sakit atau bahkan meninggal akibat penyakit dari makanan mentah. Risiko ini tidak hanya mengancam kucing, tetapi juga pemiliknya.

Ini karena patogen bisa menular melalui penanganan makanan terkontaminasi atau kontak dengan feses kucing. Kelompok yang paling rentan adalah kucing dan manusia yang masih sangat muda, sudah lanjut usia, atau memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Meski diet makanan mentah untuk kucing kerap dianggap lebih alami, risiko kontaminasi bakteri dan parasit tidak bisa diabaikan. Memilih makanan kucing yang aman, bergizi seimbang, dan sesuai kebutuhan kesehatan tetap menjadi langkah terbaik demi kesejahteraan hewan peliharaan.

Referensi

Nemser, Sarah M., Tara Doran, Michael Grabenstein, Terri McConnell, Timothy McGrath, Ruiqing Pamboukian, Angele C. Smith, et al. “Investigation ofListeria,Salmonella, and ToxigenicEscherichia Coliin Various Pet Foods.” Foodborne Pathogens and Disease 11, no. 9 (May 13, 2014): 706–9.
Stiver, Shane L., Kendall S. Frazier, Michael J. Mauel, and Eloise L. Styer. “Septicemic Salmonellosis in Two Cats Fed a Raw-Meat Diet.” Journal of the American Animal Hospital Association 39, no. 6 (November 1, 2003): 538–42.
"Is Raw Cat Food Good for Cats?". Diakses pada Agustus 2025. PetMd

Editorial Team