Sebenarnya, sah-sah saja untuk mengonsumsi daging biawak air, tetapi perhatian asal-usul daging tersebut dan masak hingga benar-benar matang. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)
Berbeda dengan dua potensi bahaya sebelumnya, potensi infeksi jamur dari daging biawak air dapat dikatakan cukup minim terjadi, kecuali pada kondisi khusus. Dalam jurnal karya Simone Magnido dkk., disebutkan kalau infeksi jamur dari reptil, termasuk biawak air, berjenis mycoses sangat jarang, baik soal keberadaan ataupun transmisi melalui konsumsi. Jamur ini berasal dari tanah dan umumnya menempel pada kulit hewan yang terjangkit. Selain mycoses, jenis jamur lain yang berada pada tubuh reptil adalah microsporidia.
Meski bisa berpindah ke tubuh manusia, infeksi jamur ini tidak seberbahaya bakteri dan parasit yang disebabkan dari konsumsi daging biawak air. Sejauh ini, tidak ada keluhan kesehatan yang disebabkan oleh jamur-jamur di atas. Dengan demikian, masalah bakteri dan parasit yang mungkin terkandung di dalam daging biawak air sudah semestinya menjadi kekhawatiran utama yang mesti kita sorot.
Ada sejumlah hal penting supaya masalah kesehatan tersebut tidak terjadi pada kita jika tertarik mengonsumsi. Pastikan sumber daging biawak tersebut. Hewan yang dikembangkan di peternakan cenderung lebih terkontrol jenis makanan mereka sehingga bakteri atau parasit yang mungkin menjangkiti bisa dihilangkan sebelum diolah. Berbicara soal pengolahan, proses pemotongan hingga memasak daging biawak juga harus diperhatikan dengan baik. Pastikan buang bagian yang tidak layak konsumsi dan masak hingga daging benar-benar matang, yakni pada suhu internal sekitar 74 derajat celsius.
Di luar dari larangan agama atau kepercayaan setempat, sebenarnya daging biawak air memang dikonsumsi oleh banyak masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara. Jika dikonsumsi pada jumlah yang sesuai dan dengan proses penyajian yang diperhatikan secara ketat, reptil ini sebenarnya dapat menjadi sumber daging yang cukup baik. Dilansir Healthline, daging reptil, termasuk biawak air, termasuk tinggi protein, rendah lemak, dan kaya akan zinc serta zat besi. Kalau tertarik mengonsumsi daging reptil yang satu ini, selalu ingat untuk berhati-hati dalam proses memasak, ya!
Referensi:
"Monitor Lizard Meat Consumption Increasingly Rampant, FKKIA UNAIR Veterinarians Give Response". Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam Universitas Airlangga. Diakses Februari 2025.
"Can You Eat Lizards?" Healthline. Diakses Februari 2025.
"Biological risks associated with consumption of reptile products". International Journal of Food Microbiology. Diakses Februari 2025."Sparganosis (Spirometra spp.) in Asian Water Monitor (Varanus salvator): A medical implications for veterinarians, breeders, and consumers". National Library of Medicine. Diakses Februari 2025.
"Public health risks involved in the human consumption of reptile meat". European Food Safety Authority Journal. Diakses Februari 2025.