Johan Risandi, Peneliti Bidang Teknik Pantai Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyatakan bahwa masalah banjir di wilayah Jabodetabek tidak hanya disebabkan oleh penurunan tanah.
"Jadi (masalah banjir) ini multifaktor. Tidak cuma dari sisi land subsidance saja. Jika ada angin dan lain-lain, naiknya mungkin bisa lebih. Itu belum seberapa dibandingkan dengan sea level rise. Land subsidence itu juga kan terjadi secara terus menerus," jelas Johan saat diwawancarai IDN Times (7/3/2025)
Selain itu, buruknya sistem drainase perkotaan dan maraknya pembangunan tanpa perencanaan tata ruang yang matang memperburuk situasi. Hal ini menyebabkan air hujan sulit meresap ke dalam tanah dan mempercepat genangan di berbagai kawasan.
Selain faktor lokal, perubahan iklim juga memainkan peran besar dalam meningkatkan risiko banjir di Jakarta. Curah hujan yang semakin ekstrem akibat perubahan pola cuaca global sering kali menyebabkan luapan sungai dan genangan di berbagai titik.
"Jadi faktor-faktor ini bersatu padu untuk menenggelamkan Jakarta. Belum lagi water extraction dari perusahaan dalam jumlah besar, oil extraction juga memengaruhi itu," tambahnya.
Kombinasi antara kenaikan air laut, penurunan tanah, perubahan iklim, serta buruknya pengelolaan air menjadikan Jakarta salah satu kota dengan risiko banjir tertinggi di dunia.