Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sheddingoftheego.com

17 April lalu, Indonesia telah usai menyelenggarakan pesta demokrasi. Pemilihan presiden dan wakil presiden beserta anggota legislatif memang telah berlalu, namun masih menyisakan kesan tersendiri bagi sebagian orang.

Terlebih, bagi orang-orang yang maju dan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Mendambakan untuk duduk di kursi legislatif menjadi mimpi mereka, namun apa jadinya jika mereka gagal? Tak sedikit pula yang mengalami stres, bahkan hingga kesehatan mentalnya terganggu. Bahkan ini juga sangat bisa dialami oleh para pendukungnya.

Stres pasca pemilu itu disebut juga dengan istilah post election disorder. Seperti namanya, stres satu ini disebabkan oleh tekanan sosial yang kuat dan berkaitan dengan pemilihan umum dan perpolitikan. Lantas, seperti apa sih post election disorder ini?

1. Tekanan yang dipengaruhi pasca pemilihan umum

brainfacts.org

Post election disorder muncul usai suatu negara atau wilayah menyelenggarakan pemilihan umum. Tekanan yang tinggi pasca pemilu ini bisa dialami oleh siapa saja, tak hanya bagi calon anggota legislatif yang gagal terpilih, namun juga oleh pihak-pihak lain yang masih dalam circle yang sama.

Namun, caleg yang gagal dalam melaju ke parlemen lebih rentan mengalami stres dan depresi. Kekecewaan dan kesedihan akibat gagal terpilih, apalagi jika sebelumnya telah mengeluarkan modal, waktu dan tenaga yang besar menjadi pemicu munculnya post election disorder ini. Apalagi, jika ia menginvestasikan seluruh harta bendanya sebagai modal untuk maju, maka tekanan yang ia rasakan semakin besar.

2. Paparan berita di media massa juga turut menyumbang stres pasca pemilu

Editorial Team

Tonton lebih seru di