Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hujan (unsplash.com/Erik Mclean)

Hujan sering dikaitkan dengan suasana-suasana dramatis dalam kehidupan. Tak jarang, seseorang merasa sedih, muram, bahkan cemas tatkala hujan datang. Perasaan-perasaan tersebut seolah-olah melebur bersama turunnya hujan ke bumi.

Apabila kamu pernah merasakan hal demikian, kamu bukanlah satu-satunya. Faktanya, menurut sebuah studi yang terbit dalam jurnal Psychiatric Research 123 pada tahun 2020, peneliti menemukan bahwa beberapa orang cenderung mengalami gejala depresi saat cuaca mendung. Seperti diketahui, perasaan sedih, kesepian, hingga kecemasan merupakan gejala-gejala depresi yang kerap melanda sejumlah orang.

Lalu, apa sebenarnya kaitan cuaca mendung atau hujan dengan gejala depresi? Yuk, simak penjelasan-penjelasan ilmiahnya berikut ini!

1. Kurangnya paparan sinar matahari

ilustrasi kekurangan paparan sinar matahari. (unsplash.com/Anthony Tran)

Ketika cuaca mendung, sinar matahari jadi terhalangi oleh gumpalan-gumpalan awan di langit. Hal itu menyebabkan suasana di wilayah dengan cuaca mendung menjadi lebih gelap atau minim cahaya. Dilansir WebMD, seorang psikolog klinis dari San Fransisco, Amerika Serikat, Tecsia Evans, menjelaskan bahwa cahaya dapat meningkatkan hormon serotonin, yaitu hormon yang berfungsi untuk meningkatkan perasaan bahagia atau meningkatkan mood.

Saat paparan sinar matahari berkurang, seseorang akan kekurangan hormon serotonin di dalam tubuhnya. Nah, secara otomatis, seseorang tersebut akan lebih rentan merasakan perasaan-perasaan negatif seperti sedih, muram, kesepian, dan cemas. Apabila dibiarkan terlalu lama, tak menutup kemungkinan seseorang itu akan mengalami depresi yang berkepanjangan.

2. Depresi musiman (SAD) terjadi saat cuaca dingin

Editorial Team

Tonton lebih seru di