ilustrasi smart city (commons.wikimedia.org/Armin Ademovic)
Teknologi canggih tidak akan berarti jika masyarakat tidak siap menggunakannya. Kota futuristik bukan hanya tentang gedung tinggi atau transportasi cepat, tetapi juga soal budaya, pola pikir, dan kesiapan sosial. Perubahan cara hidup menuntut keterampilan baru, keterbukaan terhadap inovasi, serta adaptasi terhadap sistem yang berbeda. Tanpa partisipasi masyarakat, proyek kota futuristik hanya akan berhenti sebagai eksperimen.
Sebagai contoh, beberapa proyek kota pintar di dunia gagal berkembang karena warganya tidak merasa terlibat. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi harus dibarengi edukasi dan keterlibatan publik. Jika masyarakat diberi ruang untuk ikut mengatur, kota dapat berfungsi sesuai kebutuhan nyata, bukan sekadar pamer teknologi. Dengan demikian, faktor manusia menjadi penentu apakah konsep futuristik seperti Wakanda bisa benar-benar hidup di dunia nyata.
Mewujudkan Wakanda tercipta di dunia nyata memang membutuhkan waktu panjang, tetapi langkah-langkah ilmiah sudah mulai terlihat di berbagai belahan dunia. Melalui kombinasi di atas gambaran tentang kota futuristik bukan lagi sekadar khayalan film. Pada akhirnya, trivia negara yang sudah mencoba mewujudkan kota pintar memberi petunjuk bahwa masa depan itu mungkin, asalkan ilmu pengetahuan terus dijalankan dengan visi jelas dan berpihak pada manusia.
Referensi:
"The Real-Life Possibilities of Black Panther's Wakanda, According to Urbanists and City Planners" AD. Diakses pada September 2025
"All the futuristic technologies in 'Black Panther,' and how close they are to becoming reality" Business Insider. Diakses pada September 2025
"5 Places to Experience the Feel of Wakanda in Real Life" Ebony. Diakses pada September 2025
"These futuristic African cities show what a real life Wakanda might look like" KUGALI. Diakses pada September 2025