Didier Pironi (twitter.com/F1)
Musim 1982 merupakan salah satu musim terbaik sekaligus paling tragis bagi Ferrari. Mobil Ferrari 126C2 menjadi yang tercepat di lintasan. Mereka juga memiliki dua pembalap hebat, Gilles Villeneuve dan Didier Pironi.
Memasuki seri keempat, Ferrari harus kehilangan Gilles Villeneuve yang meninggal dunia secara tragis di GP Belgia. Pembalap asal Kanada tersebut meregang nyawa pada sesi kualifikasi usai menghantam bagian belakang mobil March yang dikendarai Jochen Mass. Benturan keras tersebut membuat mobil Villeneuve melayang ke udara sebelum menghatam tanah dengan keras yang menyebabkan nyawanya tak terselamatkan.
Setelah kematian Villeneuve, Ferrari mengandalkan Pironi untuk bersaing menjadi juara dunia. Pembalap asal Prancis tersebut terbukti tampil apik dengan mengoleksi 2 kemenangan dan menyelesaikan 4 balapan lainnya di atas podium. Pironi mampu unggul jauh dari para pesaingnya.
Memasuki GP Jerman, Ferrari kembali dihadapkan dengan kecelakaan parah yang kali itu menimpa Didier Pironi. Pada sesi kualifikasi, Pironi yang sudah mencatatkan waktu tercepat secara tak terduga kembali ke lintasan. Padahal, kondisi Sirkuit Hockenheimring ketika itu dilanda hujan yang cukup deras.
Kembalinya Pironi ke lintasan harus dibayar dengan mahal. Ia mengalami kecelakaan serupa dengan Villeneuve. Kali itu, bagian belakang mobil Renault milik Alain Prost yang dihantam. Beruntung, kecelakaan tersebut tak sampai membuat nyawanya melayang. Namun, cedera parah di kakinya menjadi akhir kisah Pironi di Formula 1.
Didier Pironi harus merelakan gelar juara dunia yang sudah di depan mata. Sebelum GP Jerman, ia sendiri unggul sembilan poin dari posisi kedua, John Watson. Ia bahkan unggul 16 angka dari Keke Rosberg yang akhirnya menjadi juara dunia. Dengan menyisakan enam balapan tersisa, termasuk GP Jerman, Pironi sebenarnya punya peluang besar menjadi juara dunia.
Ketiga pembalap di atas berhasil tampil dominan sepanjang musim untuk menjadi pesaing gelar juara dunia Formula 1. Sayang, kecelakaan parah membuat ambisi mereka sirna begitu saja.