Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mobil F1 Kick Sauber di Sirkuit Interlagos, Brasil
potret mobil F1 Kick Sauber di Sirkuit Interlagos, Brasil (pexels.com/Jonathan Borba)

Intinya sih...

  • Sauber berkiprah selama 32 tahun di F1 dengan 27 podium dan 1 kemenangan, membangun fondasi dari VW Beetle hingga menjadi tim privateer yang solid.

  • Kemenangan Sauber terjadi di GP Kanada 2008 melalui Robert Kubica, namun periode emas berakhir setelah BMW mundur pada 2009.

  • Tim menutup kiprahnya dengan kebangkitan kecil pada 2025, meraih peningkatan poin dan mengakhiri era mereka dengan livery khusus "Final Lap" di GP Las Vegas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GP Abu Dhabi 2025 menandai akhir dari sebuah perjalanan panjang Sauber yang telah berkiprah di Formula 1 selama 32 tahun. Balapan pamungkas itu menyuguhkan suasana emosional ketika para mekanik, pembalap, dan figur-figur penting tim menyadari jika nama Sauber akan hilang dari grid mulai 2026. Peter Sauber, yang hadir langsung di garasi, menyaksikan mobil-mobil terakhir dari tim yang ia bangun sejak nol meluncur keluar menuju Sirkuit Yas Marina.

Momen tersebut sekaligus menutup kisah tim yang tidak pernah memiliki anggaran terbesar, tidak pernah memiliki fasilitas termewah, tetapi selalu memiliki semangat kompetitif yang tak pernah padam. Sauber menorehkan sejarah melalui ketekunan, keberanian mengambil keputusan, dan kemampuan menemukan bakat-bakat kelas dunia. Walaupun hanya menang sekali melalui Robert Kubica di GP Kanada 2008, Sauber tetap dikenang sebagai tim yang melahirkan generasi pembalap top dan bertahan melewati dinamika berat olahraga ini.

1. Selama 32 tahun, Sauber telah tampil di 452 balapan dengan 27 podium dan 1 kemenangan

Peter Sauber membangun fondasi tim dengan keputusan berani ketika ia menjual bisnis keluarga demi mengejar ambisi di dunia balap. Dilansir laman resmi Sauber Group, ia memulai perjalanan dengan memodifikasi VW Beetle yang kemudian membawanya mengembangkan Sauber C1, mobil yang memenangkan Kejuaraan Swiss 1970. Keberhasilan awal itu memperlihatkan kualitas teknis dan determinasi Sauber, yang kemudian berkembang pesat pada era Group C.

Kesuksesan besar diraih pada pertengahan 1980-an ketika Sauber C8 dan C9 memenangi Nuerburgring 1000 km pada 1986 dan menjuarai Le Mans 1989. Keberhasilan tersebut mengantarkan Sauber menjadi works team Mercedes dan membuka jalan menuju Formula 1 sebelum Mercedes mundur dari proyek tersebut. Ketika Mercedes menarik diri, Peter Sauber memilih tetap melangkah sendiri dan menyiapkan debut independen di F1.

Pada 1993, Sauber resmi masuk F1 dengan C12 bermesin Ilmor dan langsung mencetak poin Jyrki Juhani Lehto yang finis di posisi kelima di GP Afrika Selatan. Kemitraan dengan Ford pada 1995 menghasilkan podium perdana melalui Heinz-Harald Frentzen di Monza, sementara kolaborasi dengan Ferrari dan Petronas pada 1997–2005 memperkuat posisi mereka sebagai tim privateer yang solid. Musim 2001 bahkan membawa Sauber ke posisi keempat konstruktor, pencapaian terbaik mereka sebelum era BMW.

Selama 32 tahun berkompetisi di F1, Sauber mencatat 452 penampilan balap, 27 podium, dan 1 kemenangan yang menjadi bagian penting dari sejarah mereka. Walau prestasi mereka tidak sementereng tim-tim besar seperti McLaren atau Ferrari, identitas Sauber tetap melekat kuat di F1. Tim asal Hinwil, Swiss ini dikenal sebagai pengasah bakat yang melahirkan sosok-sosok besar seperti Michael Schumacher, Kimi Raikkonen, Felipe Massa, Sebastian Vettel, Sergio Perez, hingga Charles Leclerc.

2. Robert Kubica sumbang satu-satunya kemenangan Sauber yang terjadi di GP Kanada 2008

Masuknya BMW pada 2006 membawa transformasi besar dalam struktur teknis dan operasional tim. BMW Sauber berkembang menjadi salah satu tim papan tengah dan mencapai puncak kejayaan pada 2008. Robert Kubica dan Nick Heidfeld meraih finis 1–2 di GP Kanada, yang menjadi satu-satunya kemenangan sepanjang eksistensi mereka sekaligus menutup musim di posisi ketiga konstruktor. Strategi kemenangan itu berjalan melalui pendekatan dua pitstop yang memaksimalkan celah waktu, pengorbanan peluang Heidfeld, serta manuver taktis untuk menahan ancaman Fernando Alonso.

Namun, periode emas itu berakhir cepat setelah BMW memutuskan mundur pada akhir 2009. Hengkangnya pabrikan besar membuat Sauber hampir bubar sebelum Peter Sauber kembali menyelamatkan tim yang ia bangun. Pertarungan finansial mewarnai dekade berikutnya, tetapi tim tetap menyajikan momen-momen berkesan seperti penampilan Sergio Perez yang hampir menang di GP Malaysia 2012. Masa ini juga diwarnai oleh restrukturisasi menyeluruh dengan Monisha Kaltenborn diangkat menjadi Team Principal, pendirian wind tunnel modern, dan pada 2016 Longbow Finance mengambil alih kepemilikan tim.

Era Alfa Romeo yang dimulai pada 2018 memperkuat hubungan teknis dengan Ferrari dan membawa kebangkitan performa signifikan. Charles Leclerc, yang saat itu merupakan pembalap debutan, menorehkan musim impresif pada 2018, sementara 2022 menghadirkan pencapaian terbaik tim dalam 1 dekade dengan finis di posisi keenam klasemen konstruktor. Kehadiran Valtteri Bottas dan Zhou Guanyu memperkuat stabilitas dalam beberapa tahun berikutnya, meski performa kembali menurun pada 2023 yang menjadi akhir kemitraan dengan Alfa Romeo.

3. Sauber menutup kiprah di Formula 1 dengan kebangkitan kecil pada 2025

Perjalanan menuju babak baru dimulai pada 2024 ketika tim berganti identitas menjadi Stake F1 Team KICK Sauber. Transformasi ini menjadi langkah awal dalam persiapan untuk menyambut era Audi, sekaligus membuka periode transisi yang sangat menentukan. Pada 2025, tim menghadirkan susunan pembalap baru dengan Nico Huelkenberg dan Gabriel Bortoleto, sementara Mattia Binotto serta Jonathan Wheatley direkrut untuk memperkuat proyek Audi.

Musim 2025 menghadirkan kebangkitan yang tak banyak diprediksi oleh berbagai kalangan. Sauber mencatat peningkatan 26 poin setelah pertengahan musim, meraih poin dalam tiga balapan berturut-turut, dan bahkan mencetak 20 poin dalam rentang 3 seri, lebih banyak daripada Red Bull yang mengoleksi 19. Peningkatan itu diperkuat oleh upgrade teknis yang efektif serta kualitas pitstop yang membaik drastis dari urutan ketujuh menjadi keempat tercepat.

Nuansa perpisahan makin terasa ketika tim memamerkan livery khusus “Final Lap” di GP Las Vegas dengan motif bendera kotak-kotak sebagai simbol penutup sejarah panjang mereka. Abu Dhabi 2025 menjadi balapan terakhir bagi nama Sauber, dengan Peter Sauber hadir di garasi untuk menyaksikan akhir dari era yang ia mulai sejak 1970. Ia mengakui, hilangnya nama Sauber memang menyakitkan, tetapi ia juga merasa lega karena tim berada di tangan Audi yang memiliki sumber daya besar dan rencana jangka panjang yang kuat. Dalam momen ini pula tersingkap cerita lama bahwa Lewis Hamilton hampir membalap untuk Sauber pada awal kariernya sebelum kesepakatan dengan McLaren gagal.

Warisan Sauber pada akhirnya diteruskan kepada Audi sebagai penerus yang akan membawa DNA tim dengan semangat privateer, keberanian mengambil risiko, serta budaya pengembangan talenta. Meski nama mereka tak lagi muncul di grid mulai 2026, karakter dan nilai yang dibangun selama 32 tahun tetap hidup di bawah identitas baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team