Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Miguel Oliveira (motogp.com)
potret Miguel Oliveira (motogp.com)

Motor MotoGP makin sarat teknologi. Salah satunya adalah komponen aerodinamis yang tertempel pada motor.

Peranti seperti fairing dan sayap aerodinamis punya pengaruh penting pada keseimbangan motor. Jika kehilangan salah satunya, motor pun akan sulit dikendalikan.

Rupanya, sederet pembalap MotoGP pernah kehilangan sayap mereka ketika di tengah balapan. Lantas, siapa saja mereka dan bagaimana momen yang mereka alami? Langsung simak ulasannya berikut ini, yuk!

1. Tanpa separuh sayap, motor tak bisa dikontrol

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Sejatinya, sayap aerodinamis membantu untuk mengurangi wheelie pada motor. Dengan berkurangnya wheelie, motor bisa berakselerasi lebih cepat saat melibas lintasan lurus. Tentu saja itu berfungsi dengan baik jika kedua sayap terpasang pada bodi motor.

Namun, keadaan balapan tak selalu ideal. Beberapa pembalap pernah kehilangan sayap lantaran rusak atau patah akibat bersenggolan dengan rider lain. Kehilangan salah satu sayap ternyata membuat motor sangat sulit dikontrol.

Luca Marini, Francesco Bagnaia, Miguel Oliveira, dan Brad Binder pernah merasakannya. Bagaimana kisah mereka?

2. Luca Marini harus mengurangi kecepatan motornya

Luca Marini (motogp.com)

Saat gelaran MotoGP Belanda musim 2022, Luca Marini harus kecewa finis di posisi ke-17. Ada alasan di balik jebloknya performa pembalap Mooney VR46 Racing Team itu.

Tepat setelah balapan dimulai, bagian depan Ducati Desmoedici GP22 milik Marini bersenggolan dengan bagian belakang Suzuki GSX-RR milik Joan Mir. Sayap bagian kanan Desmosedici pun patah. Dampaknya sangat terasa saat balapan.

“Sulit dipercaya bagaimana hal itu memengaruhi cara mengemudi, luar biasa, benar-benar luar biasa,” kata Marini seperti dikutip Speedweek.

Desmosedici yang ia tunggangi menjadi sangat sulit diatur. Adik tiri Valentino Rossi itu harus mengurangi kecepatan motornya hingga 20 km/jam di beberapa tikungan.

“Motor tak bisa mengikuti apa yang kamu inginkan. Kamu ingin mengerem motor, tetapi, motor tak bisa berhenti di tempat yang seharusnya. Motor menjadi sangat tak stabil di tikungan cepat. Jadi, aku harus menurunkan kecepatan secara signifikan,” ungkap pembalap berusia 24 tahun itu.

3. Francesco Bagnaia harus "pensiun dini" saat debut balapan di MotoGP

Potret Francesco Bagnaia saat masih di Pramac Racing. (motogp.com)

Pembalap Ducati lain yang pernah membalap tanpa sayap adalah Francesco Bagnaia. Itu terjadi saat ia berlaga di Sirkuit Lusail, Qatar, pada musim 2019. Kontak dengan Danilo Petrucci mematahkan bagian atas sayap kanan Desmosedici milik Bagnaia. Motornya pun langsung sulit dikendalikan.

Bagnaia yang ketika itu memperkuat Pramac Racing terus mencoba untuk melanjutkan balapan. Namun, ia tak bisa mengontrol motornya pada kecepatan tinggi. Ia pun berulang kali melebar dan melorot ke urutan belakang. Bagnaia terpaksa kembali ke pit box di lap 10.

“Aku kehilangan sayap kananku dan itu sangat sulit. Aku mendorong di lap-lap awal, tetapi itu sangat berbahaya karena motor selalu mendorongku ke kiri. Aku mencoba (mengontrolnya), tetapi, itu tak mungkin,” ungkap Bagnaia seperti dilansir Visordown.

4. Miguel Oliveira kesulitan mengendalikan RC16

Miguel Oliveira saat bersenggolan dengan Joan Mir di MotoGP Belanda. (motogp.com)

Saat balapan di Sirkuit Assen, Belanda, tak hanya Luca Marini yang kehilangan sayap. Miguel Oliveira (Red Bull KTM) pun harus menggeber RC16 dengan kondisi sayap yang rusak.

Terlibat senggolan dengan Joan Mir sesaat sebelum balapan dimulai, Oliveira kehilangan pelindung tuas rem dan sayap bagian kanan. Beruntungnya ia masih bisa finis di posisi ke-9.

“Tanpa sayap, balapan menjadi sedikit lebih sulit karena motornya tak stabil di bagian sirkuit yang cepat, sektor 2, dan 4. Mungkin saja aku bisa sepersepuluh detik lebih cepat. Akibatnya, aku kehilangan konsistensi,” kata rider berusia 27 tahun itu dikutip Speedweek.

5. Brad Binder berjuang keras menuntaskan balapan di Le Mans

Brad Binder membalap dengan kondisi sayap yang rusak. (motogp.com)

Di seri balap yang berbeda, rekan setim Oliveira juga pernah membalap tanpa sayap. Brad Binder menaklukkan Sirkuit Le Mans, Prancis, dengan kondisi motor yang sayap bagian kirinya terlepas.

Semua berawal saat ia tak sengaja menabrak bagian belakang Desmosedici milik Johann Zarco pada awal balapan. Kehilangan separuh sayap membuat pembalap asal Afrika Selatan itu kesulitan di atas lintasan.

“Sejak saat (tabrakan) itu, balapanku jadi makin sulit. Motornya jadi tak stabil. Aku harus berjuang keras. Aku berkonsentrasi lebih tinggi dari biasanya hingga akhirnya aku sangat kelelahan,” kata Binder dikutip Corsedimoto.

Kendati begitu, Brad Binder tetap bisa tampil dengan mengesankan. Ia jadi satu-satunya pembalap KTM yang bisa finis di Le Mans. Brad Binder start dari urutan ke-18 dan finis di posisi ke-8.

Motor MotoGP memang berbeda dengan motor produksi massal. Sebagai prototipe, setiap peranti yang tertempel pada motor sangat berpengaruh pada performa balapan. Kehilangan salah satunya tentu akan menyulitkan sang pembalap.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team