Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Francesco Bagnaia (motogp.com)

MotoGP 2022 jadi milik Francesco Bagnaia. Pembalap asal Italia ini cetak berbagai rekor dan pencapaian. Prestasi tertingginya tentu saja gelar juara dunia MotoGP.

Gelar Bagnaia ini jadi gelar kedua bagi Ducati setelah Casey Stoner meraihnya pada 2007. Bagi publik Italia, ini adalah titel juara dunia pertama sejak Valentino Rossi pada 2009. Bagnaia mewujudkan banyak mimpi pencinta MotoGP asal Italia.

Namun, karier Francesco Bagnaia ternyata pernah berada pada persimpangan jalan. Ayahnya, Pietro Bagnaia, sempat melarangnya balapan. Bagaimana kisahnya?

1. Pertengkaran orang tua dan anak hal yang lumrah

Francesco Bagnaia (motogp.com)

“Aku mengancamnya untuk berhenti balapan. Di kelas yang lebih junior, orang tua sering bertengkar dengan anaknya tentang berbagai macam hal di lintasan,” kata Pietro seperti dilansir Crash.

Pietro mengaku pertengkaran itu adalah adegan yang benar-benar buruk. Bagnaia kecewa dan Pietro pun menyesal dan mengakui bahwa pertengkaran itu tak pada tempatnya.

2. Pietro dan Pecco Bagnaia hanya sekali bertengkar

Francesco Bagnaia (motogp.com)

Pietro mengultimatum Bagnaia bahwa jika ia berada dalam situasi yang terus menerus tak menyenangkan, ia lebih baik berganti olahraga. Momen pertengkaran ayah dan anak ini beruntungnya tak berlangsung lama.

“Sepanjang ia berkarier, itulah satu-satunya saat aku meninggikan suaraku kepadanya,” kenang Pietro.

3. Pietro pernah menginginkan anaknya menjadi joki kuda

Francesco Bagnaia (motogp.com)

Saat Bagnaia kecil, Pietro mengaku dirinya punya harapan lain untuk anaknya. Ia ingin sang anak menunggangi kuda, bukan motor.

“Aku, seperti kakakku, sangat menyukai kuda. Aku sempat ingin agar ia menjadi joki (kuda),” kata Pietro seperti dikutip Crash.

4. Beruntungnya Bagnaia tetap menjadi joki motor

Francesco Bagnaia (motogp.com)

Kendati begitu, Pietro pun mengaku bahwa ia menyukai motor. Ia biasa memacu Aprilia RSV4, sedangkan kakaknya menggeber Ducati 996. Oleh karena itu, Pietro tak keberatan saat Bagnaia lebih memilih untuk menjadi joki motor daripada joki kuda.

“Aku selalu menyukai motor. Aku juga memilikinya dan pernah melakukan beberapa sesi dan balapan di trek. Akan tetapi, aku tak bisa mengatakan bahwa aku adalah salah satu ayah yang membesarkan anak-anak mereka dengan roti dan sepeda motor. Pecco melakukan semuanya sendiri,” beber Pietro.

5. Bagnaia jadi pembalap berprestasi di ajang Grand Prix

Francesco Bagnaia (motogp.com)

Perjalanan karier Bagnaia sebagai pembalap penuh dengan perjuangan. Ia harus berjuang keras sebelum mencapai prestasi yang gemilang.

Berikut ini perjalanan karier Francesco Bagnaia di ajang Grand Prix:

  • 2013: Moto3 (San Carlo Team Italia) – 0 Poin;
  • 2014: Moto3 (Sky Racing Team VR46) – 50 poin, peringkat ke-16;
  • 2015: Moto3 (Mapfre Team Mahindra) – 76 poin, peringkat ke-14;
  • 2016: Moto3 (Pull & Bear Aspar Mahindra) – 145 poin, peringkat ke-4;
  • 2017: Moto2 (Sky Racing Team VR46) – 174 poin, peringkat ke-5;
  • 2018: Moto2 (Sky Racing Team VR46) – 306 poin, juara dunia;
  • 2019: MotoGP (Pramac Racing) – 54 poin, peringkat ke-15;
  • 2020: MotoGP (Pramac Racing) – 47 poin, peringkat ke-16;
  • 2021: MotoGP (Ducati Lenovo) – 252 poin, runner-up; dan
  • 2022: MotoGP (Ducati Lenovo) – 265 poin, juara dunia.

Masih berusia 25 tahun, perjalanan karier Francesco Bagnaia di MotoGP bisa dibilang masih panjang. Pecco Bagnaia punya banyak waktu menambah prestasinya. Sang ayah pasti sudah bisa berbangga sekarang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team