Mengapa Basket Amat Populer di Filipina?

Meski harus tersingkir dari FIBA World Cup 2023 usai melakoni turnamen tanpa kemenangan, tak ada yang bisa memungkiri betapa populernya olahraga basket di Filipina. Pada laga Filipina Vs. Republik Dominika (25/08/2023), rekor baru terukir ketika 38 ribu penonton berkumpul di Philippine Arena. Ini mengalahkan rekor penonton terbanyak terakhir di laga FIBA World Cup kala Amerika Serikat bertemu Rusia pada 1994 yang dihadiri 32 ribu penonton.
Negara kepulauan dengan populasi 110 juta jiwa itu merupakan satu-satunya perwakilan Asia Tenggara di turnamen basket dunia. Sebuah anomali mengingat basket bukan olahraga yang populer di region ini. Menandingi sepak bola yang masih jadi olahraga populer di negara-negara ASEAN lain, mengapa Filipina punya kecintaan luar biasa pada basket, bahkan punya kekuatan super di cabor ini? Mari menilik sedikit sejarahnya!
1. Basket diimpor ke Filipina oleh koloni Amerika Serikat
Melansir tulisan Michael Cullinane dalam jurnal Philippine Quarterly of Culture and Society berjudul “Basketball and Culture: A Problem in Private Transitory Ownership," basket masuk ke Filipina pada awal abad 20 kala Amerika Serikat melakukan aneksasi atas wilayah kepulauan itu. Tak perlu waktu lama, basket jadi olahraga yang digemari berbagai kalangan dan kelas sosial. Bahkan menemukan lapangan basket bukan hal sulit di Filipina, mulai yang profesional sampai buatan swadaya masyarakat hampir selalu ramai pemain dan penonton.
Cullinane menambahkan basket di Filipina bukan permainan eksklusif kaum urban atau perkotaan, melainkan umum ditemukan di barrio alias permukiman padat penduduk. Popularitas atlet basket di negeri itu bahkan menyamai selebritas dan politisi. Dalam tulisannya pula, Cullinane menggarisbawahi bahwa hanya sabung ayam yang mampu menandingi popularitas basket di Filipina. Segala upaya pemerintah untuk meredam antusiasme warga terhadap basket guna mempromosikan kultur olahraga lokal pada masa lalu tak pernah berhasil.
Apa alasannya? Menurut Lou Antolihao dalam jurnal Philippine Studies: Historical and Ethnographic Viewpoints berjudul "Rooting for the Underdog: Spectatorship and Subalternity in Philippine Basketball", basket sering dianggap sebagai hiburan dan selingan di tengah kesulitan hidup masyarakat yang terpinggirkan (terutama karena kemiskinan). Basket juga bisa dilihat sebagai simbol perlawanan terhadap kekuatan yang lebih besar. Mengingat basket adalah salah satu sektor yang memungkinkan Filipina bersanding dengan negara-negara besar lain di dunia.
2. Rumah untuk liga basket profesional tertua kedua setelah NBA
Popularitas tiada banding ini terealisasi lewat pendirian liga basket profesional yang bernama Philippine Basketball Association (PBA) pada 1975. Mereka jadi negara kedua di dunia yang punya liga basket profesional setelah Amerika Serikat yang lebih dulu mendirikan National Basketball Association (NBA) pada 1946. Bahkan basket pula yang menyelamatkan dan mempererat hubungan diplomatik kedua negara ini.
Hingga kini, program pertukaran atlet dan staf di cabor basket antar dua negara masih berlangsung. Ditambah masifnya arus migrasi warga Filipina ke Amerika Serikat sejak akhir tahun 1800-an. Menurut data biro sensus Amerika Serikat seperti dilansir Migration Policy, hingga 2021 ada lebih dari 2 juta imigran Filipina yang tinggal di Amerika Serikat. Ini yang menjelaskan betapa umumnya menemukan pemain NBA keturunan Filipina seperti Jimmy Alapag, Justin Brownlee, dan Jordan Clarkson. Pun sebaliknya, tak sedikit atlet berkebangsaan Amerika yang bermain di PBA macam Dennis Hopson, Chris Morris, dan Kevin Gamble. Sistem liga kampus yang biasa dipakai Amerika Serikat untuk menjaring atlet-atlet potensial juga diadopsi di Filipina.
Padahal dua negara itu pernah punya riwayat sejarah getir, yakni perang tahun 1899–1902 sebagai kelanjutan perjuangan kemerdekaan Filipina dari koloni Spanyol. Saat itu, Spanyol yang sudah terdesak oleh pasukan gerilya Filipina ternyata menandatangani perjanjian diam-diam dengan Amerika Serikat. Lewat perjanjian itu, Amerika Serikat menggantikan posisi Spanyol dan menganeksasi wilayah Filipina. Baru pada 1946, Filipina berhasil meraih status negara independen yang berdaulat.
3. Timnas basket Filipina paling dekoratif di Asia Tenggara
Popularitas basket di Filipina sebanding dengan prestasi timnas mereka di ajang global. Melansir laman resmi FIBA, Filipina adalah negara Asia dengan prestasi terbaik dalam cabor basket Olimpiade musim panas. Sejarah itu terukir pada Olimpiade 1936 di Berlin. Gilas Pilipinas, sebutan untuk timnas basket Filipina, juga pernah menyabet medali perunggu di FIBA World Cup 1954.
Di tingkat regional Asia, Filipina adalah salah satu kekuatan prominen di sektor basket. Bersama Jepang, Korsel, dan China, Filipina jadi tim yang paling sering mencapai final FIBA Asia Cup. Filipina juga satu-satunya negara Asia Tenggara yang paling sering berpartisipasi dalam Piala Dunia Bola Basket. Federasi dan liga basket domestik Filipina sempat terjegal skandal dan masalah pada era 2000-an. Beruntung, tak berapa lama mereka sudah menemukan solusi dan mulai melakukan restrukturasi di berbagai aspek.
Meski tak berhasil lolos ke ronde kedua FIBA World Cup 2023, kepopuleran basket di Filipina tak akan pudar. Apalagi dengan keberadaan timnas Amerika Serikat yang bermarkas di sana selama fase penyisihan ini. Tak hanya popularitas cabor yang tak terelakkan, kelekatan NBA dan PBA tentu jadi daya tarik tersendiri untuk audients Filipina.