Persaingan MVP seharusnya mengerucut kepada dua nama: Nikola Jokic dan Shai Gilgeous-Alexander. Sebab, mereka mampu memainkan minimum 70 pertandingan musim reguler pada 2024/2025. Sementara, Giannis Antetokounmpo hanya bermain 67 kali, sedikit lebih banyak dari syarat pemain NBA untuk masuk ke jajaran calon MVP yang mematok batas minimum 65 pertandingan.
Dari dua superstar calon MVP, nama Gilgeous-Alexander berpotensi menjadi yang terdepan. Ini mempertimbangkan beberapa capaian. Gilgeous-Alexander, misalnya, tercatat sebagai pencetak total dan rata-rata poin tertinggi musim ini.
Secara perinci, rata-rata poin SGA per 100 penguasaan bola mencapai 45,9. Ini lebih tinggi dari Giannis Antetokounmpo (43) dan Nikola Jokic (38,7). Kontribusi pemain asal Kanada itu kemudian memengaruhi offensive rating tim. Oklahoma City Thunder (120,3) menjadi tim dengan offensive rating tertinggi ketiga setelah Cleveland Cavaliers (121,7) dan Boston Celtics (120,6).
Pengaruhnya tentu tidak berhenti di situ. Sebab, upayanya dalam mempertahankan wilayah dari serangan lawan termasuk yang paling istimewa. Rata-rata steal-nya masuk lima besar. Gilgeous-Alexander bahkan cukup efektif dan efisien daripada superstar NBA dalam 1--2 dekade ke belakang. Rata-rata turnover-nya (2,4) terbilang rendah di antara pemain dengan usage percentage sebesar dirinya (34,8 persen) dalam 20 musim terakhir.
Dengan performanya sebagai motor permainan Oklahoma City Thunder, Shai Gilgeous-Alexander juga tercatat sebagai yang terbaik dari segi win shares pada 2024/2025. Angka estimasinya sebesar 16,7. Ini lebih tinggi dari Nikola Jokic yang berada tepat di bawahnya dengan angka estimasi 16,4. Pengaruh SGA bagi kemenangan tim memang besar selama musim reguler. Thunder pun bisa mencetak rekor terbaik dengan 68 kemenangan dan 14 kekalahan berkat dia.
NBA 2024/2025 bisa menjadi berkah bagi Shai Gilgeous-Alexander. Setelah nyaris menjadi MVP musim lalu karena kalah dari Nikola Jokic, mungkin ini saatnya dia menjadi nomor satu. Jokic memang lawan yang berat, apalagi mengingat performanya untuk Denver Nuggets, tetapi SGA sendiri punya modal yang kokoh sebagai pertimbangan untuk menjadi pemain terbaik.