Carlos Sainz (kiri) dan Max Verstappen saat memperkuat Toro Rosso. (formula1.com)
Carlos Sainz bukan sosok asing di mata Red Bull. Sainz pernah menjadi bagian Red Bull Junior Team pada 2010. Menjuarai Formula Renault 3.5 Series pada 2014, Sainz menjalani debut di Formula 1 bersama Scuderia Toro Rosso setahun berselang. Ia menjadi rekan setim Max Verstappen yang juga debut pada 2015.
Meski satu tim, Sainz dan Verstappen saling bersaing meraih hasil terbaik saat berada di lintasan. Sayangnya, persaingan antara Sainz dan Verstappen menimbulkan atmosfer kurang baik di Toro Rosso. Hal tersebut yang membuat kebersamaan Sainz dengan Toro Rosso berakhir sebelum musim 2017 rampung. Sainz pindah ke Renault jelang bergulirnya GP Amerika Serikat 2017.
“Hubungan keduanya cukup toksik di Toro Rosso. Dengan komposisi tim seperti saat itu, aku melihat tidak ada cara bagi kami mempertahankan Sainz. Jadi, seperti itulah dia berakhir di Ferrari melalui Renault dan McLaren.
Tak bisa dimungkiri bahwa Sainz adalah pembalap yang hebat. Dia hampir berada di level yang sama seperti Verstappen saat di Toro Rosso. Akan tetapi, nasib sialnya justru karena Verstappen adalah rekan setimnya,” kata Helmut Marko dalam sebuah wawancara dengan Marca dilansir Racing News 365.
Selain Carlos Sainz, pembalap lain yang masuk daftar kandidat pembalap Red Bull musim depan adalah Yuki Tsunoda dan Daniel Ricciardo. Namun, peluang Ricciardo kembali memperkuat Red Bull berkurang akibat performa kurang cemerlang dalam tiga balapan awal Formula 1 2024.