Mantan pembalap Formula 1 banyak yang mencoba karier di bidang lain usai pensiun. Ada yang menjadi komentator olahraga, politikus, bahkan menjadi pembalap di seri lain. Namun, ada juga beberapa dari mereka yang terjun ke dunia usaha. Berikut lima eks pembalap Formula 1 yang sukses jadi pengusaha usai pensiun.
5 Eks Pembalap Formula 1 yang Sukses Jadi Pengusaha setelah Pensiun

Intinya sih...
Nico Rosberg membangun perusahaan investasi pada 2022 setelah pensiun dari Formula 1
Eddie Irvine menggeluti bisnis properti usai pensiun dari Formula 1 pada 2003
Bertrand Gachot menjadi pemilik perusahaan minuman berenergi pada 2000 setelah pensiun dari Formula 1
1. Nico Rosberg membangun perusahaan investasi pada 2022
Nico Rosberg pernah membuat keputusan mengejutkan pada 2016. Putra dari Keke Rosberg itu memutuskan pensiun dari dunia balap jet darat. Rosberg memutuskan pensiun karena khawatir performanya bakal menurun di kemudian hari. Padahal, ia kala itu baru merengkuh titel juara dunia Formula 1 pertamanya bersama Mercedes.
Usai pensiun dari Formula 1, Rosberg tak lantas jadi pengangguran. Pada 2018, Rosberg mulai terjun ke dunia bisnis dengan menjadi investor di ajang balap Formula E. Setelah menjadi investor ulung, ia kemudian membangun perusahaannya sendiri bernama Rosberg Venture.
Rosberg Venture merupakan perusahaan investasi yang didirikan Rosberg pada 2022. Mereka menarik keuntungan dengan cara berinvestasi di ajang balap besar. Perusahaan ini juga menjadi jembatan bagi para pengusaha di Jerman yang ingin menarik keuntungan dari dunia balap.
2. Eddie Irvine menggeluti bisnis properti usai pensiun dari Formula 1 pada 2003
Eddie Irvine mengawali debutnya di Formula 1 bersama Jordan pada 1993. Setelah mengabdi selama 2 tahun, Irvine lantas pindah ke Ferrari untuk menemani Michael Schumacher pada 1996. Di sana, ia menjadi wingman yang membantu Schumacher meraih titel juara dunia Formula 1.
Irvine membela Ferrari hingga 1999. Setelah hengkang dari Tim Kuda Jingkrak, Irvine lantas bergabung bersama Jaguar pada 2000. Ia membela tim tersebut hingga 2002 dan memutuskan gantung setir pada 2003.
Usai pensiun dari dunia balap, Irvine mulai berkarier di proyek-proyek film dan properti. Namun, fokus utamanya saat itu adalah mengembangkan bisnis properti yang sudah menjadi passion-nya sejak lama. Puncaknya, ia mendirikan perusahaan propertinya sendiri bernama Ballyquinn Properties pada 2009. Perusahaan ini tercatat sudah mengerjakan banyak proyek properti besar di Amerika Serikat.
3. Bertrand Gachot menjadi pemilik perusahaan minuman berenergi pada 2000
Bertrand Gachot merupakan mantan pembalap Formula 1 berkebangsaan Prancis. Gachot debut di Formula 1 bersama Onyx pada 1989. Pada akhir 1990, ia pernah dijebloskan ke penjara karena berkelahi dengan seorang supir taksi di London, Inggris. Masalah ini membuat Gachot harus hiatus dari Formula 1 selama 1 tahun. Baru pada 1992, ia mulai kembali mengaspal di Formula 1.
Gachot sendiri memutuskan pensiun dari Formula 1 pada 1996. Pada 1997, ia banting setir jadi pengusaha dengan berinvestasi di perusahaan minuman berenergi bernama Hype Energy. Ia kemudian menjadi pemilik resmi dari perusahaan tersebut usai menyelamatkan mereka dari kebangkrutan pada 2000.
Saat ini, Hype Energy punya pabrik di tiga negara berbeda, yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda. Perusahaan ini sudah berhasil menjual produknya ke 40 negara di dunia. Menariknya, perusahaan ini juga pernah menjadi sponsor salah satu tim Formula 1. Pada 2015, Hype Energy pernah menjalin kerja sama dengan Force India (sekarang Aston Martin) sebagai salah satu sponsor mereka.
4. Thierry Boutsen memulai bisnis jual beli pesawat bekas pada 1997
Thierry Boutsen merupakan pembalap Formula 1 yang suka berbisnis. Sejak masih mengaspal di Formula 1 pada 1987, ia sudah suka melakukan jual beli pesawat terbang bekas. Ia kala itu kerap membeli pesawat pribadi kecil dengan harga murah. Kemudian, ia menjualnya lagi kepada orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
Pada akhir musim 1993, Boutsen memutuskan pensiun dari Formula 1. Ia pensiun sejak berlaga di Formula 1 bersama Arrows pada 1983. Usai gantung setir, Boutsen pun mulai fokus mengembangkan bisnis jual beli pesawatnya bersama sang istri, Daniela Boutsen.
Seiring berjalannya waktu, bisnis jual beli pesawat bekas yang dilakukan Boutsen bersama sang istri makin berkembang. Oleh karena itu, pada 1997, Boutsen memutuskan untuk membangun perusahaan jual beli pesawat bernama Boutsen Aviation. Hingga saat ini, perusahaan yang berbasis di Monako itu tercatat sudah menjual lebih dari 400 pesawat terbang bekas ke seluruh dunia.
5. Niki Lauda mendirikan maskapai penerbangan pada 1979
Selain Thierry Boutsen, Niki Lauda juga jadi salah satu eks pembalap Formula 1 yang sukses berbisnis di dunia penerbangan. Pada 1979, Lauda mendirikan maskapai penerbangan bernama Lauda Air. Padahal, juara dunia Formula 1 tiga kali tersebut saat itu masih membalap bersama Brabham.
Pada 1985, Lauda memutuskan pensiun dari Formula 1. Usai rehat dari dunia balap, ia mulai fokus mengelola maskapai penerbangannya sendiri. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia dikabarkan pernah jadi pilot yang mengantarkan penumpang ke destinasi tujuan.
Sayang, Lauda Air harus berhenti beroperasi pada 2013. Ini lantaran seluruh saham perusahaan penerbangan itu dibeli oleh Austrian Airlines pada 2012. Setelah itu, nama Lauda Air pun diganti menjadi Austrian My Holiday.
Lima eks pembalap Formula 1 di atas menjadi bukti bahwa kesuksesan tak hanya bisa dilakukan di atas trek saja, tetapi juga di luar trek. Salah satu caranya adalah dengan membangun usaha. Dengan menjadi pengusaha, mereka tak hanya bisa memperkaya diri sendiri, tetapi juga bisa memberi lapangan pekerjaan untuk banyak orang.