potret Fabio Quartararo (instagram.com/fabioquartararo20/)
Perjuangan menjadi juara dunia tak akan pernah mudah. Quartararo bahkan pernah berada pada kondisi terendahnya ketika ia tak banyak diapresiasi.
“Ketika aku memenangi gelar juara dunia, aku teringat tahun-tahun ketika tak ada yang memercayaiku. (Ada) komen-komen di Instagram setelah musim yang buruk. Aku unggah foto liburanku bersama teman-teman, dan orang-orang berkomentar, ‘Pergi latihan daripada ke pantai’. Itu menyakitiku, karena aku sudah memberikan semuanya,” kata Quartararo seperti dikutip Corsedimoto.
Kini, Quartararo paham bahwa balapan adalah tentang mentalitas. Ia harus bisa mengubah mentalnya menjadi lebih kuat dan ganas saat berada di lintasan balap.
“Kamu tak dapat memulai balapan dengan bilang kepada dirimu sendiri bahwa kamu adalah orang baik. Ketika aku ada di atas motor, aku adalah seorang (yang bermental seperti) pembunuh. Jika tidak begitu, kamu tidak akan bisa jadi juara dunia,” tambahnya.
Di balik kesuksesannya kini, Quartararo mengakui bahwa ia mendapat banyak dukungan. Itulah yang menjadi rahasianya bisa bertahan sebagai pembalap bermental juara.
“Karena aku punya Eric (Mahe, manajernya), Tom (Thomas Baumant, teman baiknya) dan keluarga yang dekat denganku. Dan mungkin, karena aku bersenang-senang (dengan prosesnya),” ungkapnya lagi.
Fabio Quartararo memang pencetak sejarah. Hanya orang bermental baja seperti El Diablo yang mampu menjadi pembalap Prancis pertama yang menjuarai kejuaraan dunia MotoGP.
Di balik kegarangannya di lintasan balap, Quartararo pun seorang pribadi yang punya hobi dan kegemaran. Jika nanti ia bisa mempertahankan gelarnya, apakah ia akan menambah tato lagi? Kita lihat musim depan.