Denny Sumargo (instagram.com/sumargodenny)
Ya, sangat mengalami itu, saat latihan, apalagi aturan main juga sedikit berbeda dengan di Amerika ya dengan di FIBA. Udara dan makanannya juga sangat berbeda ya, itu yang saya rasakan waktu itu.
Tentu rekan-rekan setim saya membantu, Riko (Hantono), Andi Batam, Denny Sumargo, Ali Budimansyah, satu tim waktu itu dengan saya di Aspac. Mereka banyak membantu saya.
Dan mereka juga bantu saya belajar bahasa Indonesia ya, saya benar-benar belajar dari nol. Saat itu saya dominan bicara bahasa Inggris. Karena waktu itu tidak seperti sekarang, sekarang banyak yang bicara bahasa Inggris. Dulu itu tidak ada. Jadi, susah ya.
Saya butuh waktu sampai dua tahun untuk settle dan beradaptasi, terutama soal budaya dan bahasa ya.
Di FIBA kan rulesnya berbeda ya, wasit juga tiup peluitnya beda. Jadi, saya harus menyesuaikan itu, dan itu butuh waktu lama. Karena kan kalau di Amerika serba fisik, offense atau defense. Bisa bahu ke bahu, tapi di FIBA berbeda.
Saya harus menyesuaikan permainan saya, banyak call juga dari wasit ya. Jadi benar-benar sulit juga bagi saya waktu itu secara permainan. Tapi pada akhirnya ya, tetap saja basket kan? Kalau pemain basket, pasti bisa beradaptasi.
Oh ya, pertama kali datang ke Indonesia, setim sama Denny Sumargo, waktu itu saya ada sedikit altercation (perselisihan) dengan dia. Ya memang ada miskomunikasi waktu itu. Saya Indonesia belum lancar, dia juga bahasa Inggris belum lancar.
Ya hanya sedikit miskomunikasi saja sih, tapi setelah itu kami jadi dekat. Dekat banget malah. Dan kebetulan dari dekat banget, kita jadi juara (di Aspac).