Sandy Walsh resmi menjadi Warga Negara Indonesia (IDN Times/Margith Juita Damanik)
Ketika Tionghoa mulai mendapat pengakuan, Indonesia malah menghadapi fenomena yang lain. Orang-orang keturunan Indonesia di luar negeri, mulai merapat dan ingin mencari sebuah tantangan demi Merah Putih.
Proyek naturalisasi yang heboh di 2010 jelang Piala AFF, menjadi sebuah momen buat para atlet berdarah campuran, untuk bisa mendapatkan status Warga Negara Indonesia. Tujuan mereka beragam, mulai dari ingin membela tanah leluhurnya, sampai mendapatkan kesempatan bermain untuk Tim Nasional.
Naturalisasi paling gencar dilakukan oleh dua cabang olahraga, sepak bola dan basket. Namun, naturalisasi di sepak bola semakin seksi belakangan ini. Jumlah pemain naturalisasi di Timnas Indonesia lumayan banyak besar, apalagi pada 2023. Shayne Pattynama, Jordi Amat, Sandy Walsh, Ivar Jenner, hingga Rafael Struick, adalah sederet pesepak bola yang akhirnya dinaturalisasi PSSI.
Masih ada lagi pemain naturalisasi yang akan datang ke Timnas seperti Ragnar Oratmangoen, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, hingga Jay Idzes. Kedatangan mereka tentu menjadi sebuah pertanyaan, bagaimana nasib dari talenta lokal yang menghuni skuad Indonesia sekarang?
"Sebenarnya ada positif dan negatifnya. Jika mau menaikkan level sepak bola Indonesia, dalam waktu singkat, perlu kehadiran mereka. Sebab, pola pikir, pandangan, serta pelatihan mereka soal sepak bola berbeda. Kualitasnya juga beda. Untuk waktu singkat, tentu Timnas butuh mereka," ujar mantan pelatih Timnas Indonesia, Jacksen F Tiago, saat ditemui IDN Times di Gresik, 9 November 2023.
Tapi, beban berat justru mereka emban pula. Sentimen terhadap para pemain naturalisasi bisa lebih besar. Itu terbukti, karena setiap mereka main jelek bersama Timnas Indonesia, para keyboard warriors alias netizen, tak ragu buat menyerang mereka.
Bahkan, banyak yang mempertanyakan tugas dan fungsi mereka di dalam skuad Timnas. Tak jarang pula, yang menghina mereka dan dibilang kualitasnya beda dengan talenta lokal. Jargon "local pride" juga kerap terdengar ketika mereka tampil buruk dan gagal mengangkat performa Timnas.
Situasi sempat jadi tak enak ketika PSSI hendak menerapkan batas pemakaian pemain dengan label "naturalisasi" di aturan kompetisi Liga 1. Sejumlah pemain naturalisasi mengaku merasa aturan itu menjadi bentuk dari diskriminasi.
Marc Klok dan Victor Igbonefo sempat bersuara tentang hal ini. Mereka kesal karena merasa dibedakan. Sebab, tujuan mereka cuma satu saat mengganti kewarganegaraannya.
"Kami WNI. Dan semua WNI seharusnya memiliki hak yang sama. Namun, kami merasa peraturan tersebut mendiskriminasi kami. Kami memilih Indonesia karena mencintai negara ini dan berkomitmen untuk menjadi bagian dari komunitas sepak bola di sini. Kami ingin liga yang ramah bagi semua pemain, terlepas dari asal dan latar belakang mereka," ujar Klok, 6 Maret 2023 lalu lewat Instastory yang diunggahnya.
Setelah menjadi polemik, aturan mengenai pemain naturalisasi akhirnya dibatalkan. PSSI tak jadi menerapkannya, dan Ketua Umum Erick Thohir menolak jika dianggap diskriminatif karena punya tujuan untuk meningkatkan kualitas sepak bola nasional.
Seperti yang diungkapkan Jacksen, naturalisasi memang memiliki efek baik dan buruk. Tapi, terpenting baginya, kehadiran mereka setidaknya bisa jadi katalis dalam mendongrak prestasi sepak bola nasional.
Hanya saja, menurut mantan pelatih Timnas U-16, Fakhri Husaini, masih ada yang lebih penting ketimbang naturalisasi. Pembinaan usia dini dan menciptakan kompetisi berjenjang, menurut Fakhri, bisa melahirkan pemain-pemain muda yang berkualitas.
"Seperti investasi, pembinaan usia dini begitu. Kompetisi harus digalakkan di level usia dini. Mereka bisa berkembang di sana. Jika tidak ada, mau bagaimana talenta lokal kita? Jadi, saya rasa PSSI sudah seharusnya memperhatikan dan berinvestasi di pembinaan usia dini," kata Fakhri, 9 November 2023.
Efek naturalisasi sebenarnya lebih terasa di cabang olahraga basket. Sebab, cara pandang pemain naturalisasi di basket lebih terasa. Ini terbukti dengan keberhasilan Indonesia menyabet emas basket pertama di SEA Games Vietnam 2021 lalu. Lawannya di final pada 22 Mei 2022 itu merupakan raksasa Asia Tenggara, Filipina.
Saat itu, Timnas basket dipenuhi pemain naturalisasi seperti Marques Bolden, Brandon Jawato, hingga Derrick Michael. Hasilnya, mereka mampu menang dengan skor 85-81.
Peran naturalisasi yang terasa di basket. Pun, usai meraih kejayaan itu, mereka tak menonjolkan diri. Apa yang dilakukan, menurut mereka untuk Indonesia. Satu hal yang mereka inginkan: membawa harum nama Indonesia ke pentas dunia.
Jadi, tak sepantasnya ada diskriminasi dalam olahraga. Sebab, semua bisa menjadi Indonesia lewat olahraga.