Enea Bastianini (motogp.com)
Pada era MotoGP saat ini, pabrikan Eropa lebih agresif dalam hal riset dan pengembangan motor dibandingkan rival mereka di Jepang. Dewasa ini Ducati dan Aprilia menjadi pabrikan paling inovatif.
Kedua pabrikan Italia tersebut tak segan memperkenalkan fitur baru dalam pengujian, apalagi dalam hal aerodinamika. Tengok saja deretan sayap pada Desmosedici dan RS-GP. Bahkan di bagian buritan pun sekarang ada sayapnya.
Selain itu, adanya holeshot device membuat Ducati berada di atas angin. Pabrikan lain dipaksa meniru apa yang dilakukan Borgo Panigale.
Cara-cara pengembangan motor tempo dulu sudah usang. Misalnya untuk membangun sasis baru, jika menghabiskan waktu beberapa bulan, hasilnya tak akan mengarah ke mana pun.
Fabio Quartararo dan Marc Marquez berulang kali meminta Yamaha dan Honda untuk mengubah mentalitasnya. Mereka ingin agar pabrikan Jepang meniru apa yang dilakukan pabrikan Eropa.
Selain itu, adanya pandemi Covid-19 punya peranan dalam penurunan performa pabrikan Jepang. Akibat isolasi, pengembangan motor jadi tak maksimal akibat lambatnya alur koordinasi.
Dilansir Corsedimoto, keterbatasan Honda dan Yamaha terletak pada alur mata rantai komunikasi yang hilang. Termasuk adanya masalah pada sinergi antara tim balap mereka yang berada di Eropa dan pabrik mereka di Jepang.