Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret mobil Formula 1 McLaren
potret mobil Formula 1 McLaren (pexels.com/Jonathan Borba)

Intinya sih...

  • McLaren berjaya pada era 70 hingga 2000-an, meraih gelar juara dunia konstruktor dan pembalap sebanyak 12 kali.

  • Performa McLaren mulai redup pada 2014 setelah perubahan regulasi dan penggunaan mesin Honda yang menurunkan kecepatan mobil.

  • Setelah menggunakan mesin Renault pada 2018, performa McLaren mulai bangkit dan kembali meraih gelar juara dunia konstruktor di Formula 1 2025.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

McLaren resmi mengunci gelar juara dunia konstruktor Formula 1 2025 usai melakoni balapan di Singapura, Minggu (5/10/2025) malam WIB kemarin. Titel ini diraih setelah tim yang berbasis di Inggris itu mengumpulkan 650 poin di klasemen sementara konstruktor. Tak ada tim yang kini bisa mengejar raihan poin McLaren bahkan hingga balapan pamungkas.

Apa yang diraih McLaren di Formula 1 2025 tentu tak instan. Ini merupakan buah dari kerja keras dan jatuh bangun mereka selama bertahun-tahun. Prestasi yang diraih McLaren membuktikan peribahasa yang berbunyi “Usaha tak pernah mengkhianati hasil”. Lantas, bagaimana perjalanan McLaren sampai bisa jadi tim paling dominan di Formula 1 2025? Berikut rekapnya.

1. McLaren sempat berjaya pada era 70 hingga 2000-an

McLaren bukanlah tim kemarin sore di Formula 1. Mereka adalah salah satu tim legendaris dengan segudang prestasi di ajang balap jet darat. Sudah banyak gelar yang mereka raih sejak debut di Formula 1 pada era 60-an.

McLaren sendiri mulai menunjukkan tajinya di Formula 1 pada 1974. Kala itu, tim yang saat ini dinahkodai Andrea Stella tersebut menyapu bersih dua gelar sekaligus. Mereka merengkuh titel juara dunia konstruktor dan pembalap lewat Emerson Fittipaldi.

Prestasi itu kemudian berlanjut pada musim-musim berikutnya. McLaren kembali menjadi juara dunia konstruktor secara beruntun pada 1984 dan 1985. Kemudian, juara lagi secara beruntun pada 1988, 1989, 1990, dan 1991. Musim 1998 menjadi kali terakhir McLaren meraih titel juara dunia konstruktor di Formula 1 sebelum era modern.

Selain juara dunia konstruktor, McLaren juga sering meraih titel juara dunia pembalap. Sejarah mencatat, McLaren sudah merengkuh titel juara dunia pembalap sebanyak 12 kali. Titel juara dunia pembalap pertama diraih oleh Fittipaldi pada 1974. Sementara itu, titel juara dunia pembalap terakhir diraih oleh Lewis Hamilton pada 2008 silam.  

2. Performa McLaren mulai redup pada 2014

Kejayaan McLaren di Formula 1 sebetulnya berjalan cukup konsisten. Mereka bertahan sebagai tim papan atas sejak 1974 hingga setidaknya 2013. Pada era itu, McLaren masih sering meraih podium dan menang balapan. Kendati begitu, pada 2010 hingga 2013, mereka tetap tak bisa menyaingi dominasi Red Bull bersama Sebastian Vettel.

Sayang, performa McLaren perlahan meredup pada 2014. Saat itu, Formula 1 mulai bertransformasi ke era hybrid. Semua tim Formula 1 beralih menggunakan mesin V6. Peralihan ini menghilangkan suara nyaring khas mobil jet darat yang sudah bertahan selama puluhan tahun.  

Pada era hybrid, ada beberapa tim Formula 1 yang justru tak mampu menghadapi perubahan. Banyak dari mereka yang performanya menurun usai Formula 1 mengalami perubahan regulasi secara menyeluruh pada 2014. Salah satu tim yang terdampak adalah McLaren.

Kala itu, McLaren hanya mampu meraih dua podium. Dua podium tersebut masing-masing diraih oleh Kevin Magnussen dan Jenson Button di Formula 1 GP Australia. Magnussen kala itu finis di posisi ke-2, sedangkan Button di posisi ke-3. Pencapaian ini membuat McLaren hanya mampu finis di peringkat ke-5 klasemen akhir konstruktor Formula 1 2014 dengan raihan 181 poin.


3. Benar-benar terpuruk setelah menggunakan mesin Honda pada 2015

Musim 2014 menjadi kali terakhir McLaren menggandeng Mercedes sebagai penyuplai mesin. Sebab, McLaren mulai menggunakan mesin Honda pada 2015. Ini bertujuan agar performa mereka meningkat dari musim 2014.

Namun, McLaren rupanya salah besar. Alih-alih meningkat, performa McLaren setelah menggunakan Honda sebagai power unit justru menurun drastis. Sebab, kecepatan mesin Honda ternyata lebih lamban daripada mesin Mercedes yang dipakai McLaren pada 2014. Ukuran mesin Honda yang kecil juga sering membuat mobil mengalami overheat dan rusak di tengah balapan. 

Performa ampas McLaren pada 2015 lantas membuat pembalap anyar mereka saat itu, Fernando Alonso, frustrasi. Sebab, Alonso yang sudah rela hengkang dari Ferrari demi bergabung bersama McLaren malah mendapatkan mobil ampas dengan kecepatan minim. Saking lambannya, pembalap juara dunia dua kali itu sampai mengaku mobil Formula 1 McLaren terasa seperti mobil Formula 2. Ini membuat Alonso tak bisa bersaing dengan pembalap lainnya di grid.

Memasuki musim 2016, performa McLaren masih belum menunjukkan perbaikan. Begitu pula pada musim 2017. Saat itu, performa McLaren malah makin amburadul. Mobil mereka makin terasa lamban dan sulit dikendalikan. Ini membuat McLaren hanya mampu bertengger di peringkat ke-2 terakhir di klasemen konstruktor dengan total 30 poin.

Saat itu, Alonso juga sering memberikan sindiran keras kepada timnya imbas performa mobil yang terasa seperti siput. “Mesin mobil ini sudah terasa enak. Kecepatannya lebih lamban daripada sebelumnya. Ini sangat menakjubkan,” bunyi salah satu sindiran Alonso kepada timnya saat membalap di Spanyol pada 2017 dilansir Formula 1.

4. Perlahan mulai bangkit setelah menggunakan mesin Renault pada 2018

Malapetaka yang dialami McLaren akhirnya perlahan berakhir di Formula 1 2018. Sebab, performa McLaren kala itu mulai menunjukkan perbaikan usai beralih ke mesin Renault. Perbaikan ini terlihat di balapan pembuka di Australia.

Saat itu, Fernando Alonso mampu mengamankan posisi ke-5 di akhir balapan. Sementara itu, rekan setimnya, Stoffel Vandoorne, finis di posisi ke-9. Raihan ini menjadi awal bagi McLaren untuk bangkit menjadi tim papan atas. 

“Bagus, Kawan-kawan. Aku sangat bangga kepada kalian. Musim-musim lalu memang terasa sangat panjang bagi kita. Namun, sekarang, kita bisa bersaing. Kita benar-benar sudah bisa bersaing,” jelas Alonso usai balapan, seperti dilansir Formula 1

Pada 2018, McLaren mampu mengakhiri musim di peringkat ke-6 klasemen akhir konstruktor. Mereka saat itu mampu mengumpulkan 62 poin. Prestasi ini tentu amat kontras dengan musim 2017, di mana McLaren hanya mampu mengakhiri musim di posisi ke-9 dengan total 30 poin.

5. Jadi juara dunia konstruktor di Formula 1 2024 usai nirgelar selama 26 tahun

Pencapaian apik McLaren rupanya berlanjut pada musim-musim berikutnya. Apalagi, saat mereka kembali menggunakan mesin Mercedes pada 2021. Performa mereka langsung meningkat drastis dibanding musim sebelumnya.

Saat itu, McLaren mampu meraih kemenangan pertama mereka sejak 2012. Kemenangan itu diraih lewat Daniel Ricciardo di Formula 1 GP Italia 2021. Pencapaian ini juga dilengkapi oleh Lando Norris yang finis di posisi ke-2.

Mesin Mercedes memang menjadi rezeki nomplok bagi McLaren. Pada 2022 dan 2023, performa mobil McLaren kian meningkat. Mereka sudah mulai cukup konsisten finis di posisi lima besar dan meraih podium. 

Puncaknya, McLaren mampu mengembalikan kejayaan mereka dengan menjadi juara dunia konstruktor di Formula 1 2024. Pencapaian ini diraih usai penantian panjang selama 26 tahun. Sebab, titel juara dunia konstruktor Formula 1 terakhir McLaren diraih pada 1998. 

6. Kembali merengkuh titel juara dunia konstruktor di Formula 1 2025

Tak sampai di situ, performa McLaren kian melejit di Formula 1 2025. Musim ini, mereka menjadi tim paling dominan di grid. Tim-tim besar lain, seperti Red Bull, Ferrari, dan Mercedes bahkan kewalahan menghadapi dominasi mereka.

Sejauh ini, McLaren sudah meraih 12 kemenangan. Tujuh kemenangan diraih oleh Oscar Piastri. Sementara itu, lima kemenangan lainnya diraih oleh Lando Norris. 

McLaren juga cukup konsisten finis di posisi tiga besar. Pencapaian ini akhirnya membuat McLaren mampu meraih titel juara dunia konstruktor Formula 1 ke-10 mereka di balapan ke-18 yang dihelat di Singapura pada Minggu kemarin. McLaren kini resmi jadi juara dunia konstruktor Formula 1 2025 dengan total 650 poin.

Setelah titel juara dunia konstruktor, McLaren kini juga berpeluang merengkuh titel juara dunia pembalap lewat Oscar Piastri. Namun, Formula 1 2025 masih menyisakan enam balapan lagi. Oleh karena itu, Piastri harus mampu mempertahankan posisinya di klasemen hingga balapan pamungkas. Ini bertujuan agar McLaren bisa menambah daftar juara dunia pembalap mereka setelah Lewis Hamilton pada 2008. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team