Di Jepang, Bisbol pertama kali diperkenalkan oleh seorang profesor asal Amerika Serikat bernama Horace Wilson pada 1872. Kala itu, ia mengenalkan olahraga ini kepada para siswa di Akademi Kaisei, Tokyo. Tahun ini juga menandai momen bersejarah saat bisbol pertama kali diperkenalkan dan dimainkan di lingkungan sekolah di Jepang.
Pada 1950, popularitas bisbol di Jepang mulai tumbuh dengan pembentukan liga profesional bernama Nippon Professional Baseball (NPB). Seiring waktu, liga ini berkembang hingga memiliki 12 tim yang terbagi ke dalam dua konferensi, yakni Liga Tengah dan Liga Pasifik. Tim seperti Yomiuri Giants menjadi penguasa liga dengan meraih gelar juara terbanyak dengan sembilan gelar juara. Sementara itu, Hanshin Tigers menyusul di posisi kedua dengan empat gelar juara. Melihat pertumbuhan bisbol yang sangat cepat di Jepang, dapat dikatakan bisbol telah menjadi bagian dari budaya olahraga di Jepang.
Di Korea Selatan, bisbol mulai diperkenalkan pada 1905 melalui pengaruh Amerika Serikat selama masa kolonial Jepang. Selama periode tersebut, pemerintah kolonial Jepang mempromosikan bisbol sebagai salah satu cara untuk mengintegrasikan budaya Jepang ke dalam kehidupan masyarakat Korea. Namun, upaya ini menghadapi hambatan karena bisbol dianggap sebagai olahraga kelas elite oleh masyarakat Korea, ditambah dengan sentimen anti-Jepang yang cukup kuat pada masa itu.
Setelah semenanjung Korea terbagi menjadi Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat dan Korea Utara yang berpihak kepada Uni Soviet pascapenjajahan Jepang, nasib bisbol mulai berbeda di kedua wilayah. Di Korea Selatan, olahraga ini perlahan mendapatkan tempat di hati masyarakat. Di Korea Utara, bisbol diabaikan karena dianggap mencerminkan budaya kapitalis. Popularitas bisbol di Korea Selatan meningkat signifikan pada 1970-an, terutama melalui turnamen bisbol tingkat sekolah menengah yang menjadi ajang prestisius. Puncaknya terjadi pada 1982 ketika Korea Selatan secara resmi meluncurkan liga profesional bernama Korea Baseball Organization (KBO) League.
Situasi ini berbeda dengan di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, dan voli menjadi yang pertama kali diperkenalkan dan sukses menarik minat masyarakat. Akibatnya, bisbol yang datang belakangan tidak mendapatkan sorotan yang sama di tanah air.