Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Koshien, Panggung Suci Pemain Bisbol Jepang

Stadion Koshien (twitter.com/JapanCons_NY)
Stadion Koshien (twitter.com/JapanCons_NY)

Jepang salah satu dari banyak negara yang masyarakatnya mencintai bisbol. Saking populernya, mereka bahkan memiliki pertandingan bisbol yang selalu ditunggu tiap tahun. Pertandingan ini dikenal sebagai turnamen Koshien.

Koshien sendiri bukanlah sebuah turnamen bisbol biasa. Bagi banyak orang di Jepang, turnamen ini adalah puncak impian dan simbol dedikasi yang tak tergoyahkan bagi pemain bisbol. Tiap tahun, ribuan pemain bisbol sekolah menengah atas dari seluruh penjuru negeri berlomba untuk mendapatkan kesempatan berlaga di stadion legendaris ini.

Di balik gemerlap pertandingan dan sorak sorai penonton, Koshien menyimpan banyak fakta menarik, yang menjadikannya lebih dari sekadar turnamen olahraga. Berikut fakta Koshien yang menggambarkan betapa dalamnya turnamen ini tertanam dalam budaya dan hati masyarakat Jepang.

1. Misaki Seizo menjadi sosok yang mencanangkan ide pembangunan Koshien

Stadion Koshien (twitter.com/JapanCons_NY)
Stadion Koshien (twitter.com/JapanCons_NY)

Hanshin Koshien Stadium atau Stadion Koshien terletak di Nishinomiya, Prefektur Hyogo, Jepang. Stadion yang dapat menampung hingga kurang lebih 47.000 penonton ini merupakan homebase  atau rumah bagi tim bisbol profesional tertua kedua di Jepang, Hanshin Tigers. Selain itu, stadion ini juga tempat diselenggarakannya turnamen bisbol nasional tingkat sekolah menengah terbesar di Negeri Sakura.

Ide pembangunan Koshien dicanangkan Misaki Seizō. Dirinya terinspirasi membangun stadion bisbol di Jepang yang dapat menyaingi Stadion Yankee di Amerika Serikat. Kala itu, Jepang tengah menyelenggarakan kejuaraan bisbol (saat ini terkenal sebagai turnamen Koshien) yang ketiga kalinya setelah kejuaraan bisbol pertama digelar pada 1915 di stadion di Toyonaka, Osaka.

Pada tahun ketiga pada 1917, kejuaraan bisbol ini berpindah tempat ke stadion yang dioperasikan Hanshin Electric Railway (Hankyū) yang berlokasi di dekat arena balap Naruo. Pemindahannya karena stadion di Toyonaka terlalu kecil untuk menampung para penonton. Pada 1923, popularitas turnamen bisbol ini makin meningkat. Bahkan, saat pertandingan semifinal antara Sekolah Menengah Koyo dan Sekolah Menengah Ritsumeikan, penonton yang datang ke stadion di Naruo membeludak hingga pertandingan tertunda selama lebih dari 1 jam.

Misaki Seizō yang merupakan direktur pelaksana di Hankyū kemudian memerintahkan seorang manajer bagian dari perusahaan cabang di Amerika Serikat untuk mendapatkan rancangan fasilitas olahraga di Amerika Serikat. Misaki menugaskan karyawan mudanya, Noda Seizō, untuk merancang stadion baru. Saat itu, Stadion Yankee sedang dibangun kembali. Dirinya tak mendapatkan rancangannya. Seizō akhirnya mendasarkan rancangan desain stadionnya kepada Polo Grounds New York.

Desain dari Misaki dan Noda disetujui pada 28 November dan pembangunan stadion yang kini dikenal sebagai Koshien segera dilakukan. Peletakan batu pertama dilakukan pada 11 Maret 1924. Proyek pembangunan Stadion Koshien berjalan sangat cepat, dengan pembukaan yang dilakukan hanya 4 bulan kemudian, yaitu pada 1 Agustus.

2. Dua turnamen Koshien terdiri dari Senbatsu dan Natsu Koshien

pertandingan Natsu Koshien (twitter.com/enjoy_koshien)
pertandingan Natsu Koshien (twitter.com/enjoy_koshien)

Dalam setahun, Koshien menyelenggarakan dua turnamen bisbol tingkat nasional, yang terdiri dari Senbatsu (turnamen musim semi) dan Natsu (turnamen musim panas) Koshien. Untuk Senbatsu, tim-tim yang akan bertanding dipilih berdasarkan prestasi dan kriteria khusus oleh komite seleksi. Sedangkan, untuk Natsu, tim-tim yang akan bertanding adalah para pemenang dari turnamen regional di tiap prefektur.

Turnamen Natsu Koshien sendiri adalah pertandingan puncak para tim bisbol di seluruh sekolah yang selalu menjadi sorotan nasional. Itu karena Natsu Koshien merupakan panggung terakhir bagi para siswa kelas tiga sebelum lulus. Selain itu, Natsu Koshien juga menjadi ajang para pencari bakat dari tim bisbol profesional untuk hadir merekrut pemain terbaik.

Sebelum tampil di turnamen Natsu Koshien, sekitar 4.000 sekolah yang tersebar di 47 prefektur berpatisipasi dalam turnamen regional. Tim yang berhasil meraih juara di turnamen regional berhak mendapatkan tiket berlaga di Koshien. Namun, terdapat pengecualian untuk prefektur Tokyo dan Hokkaido. Dua prefektur ini memiliki lebih banyak sekolah dibandingkan dengan prefektur lain. Maka, Tokyo dan Hokkaido diperbolehkan untuk mengirim dua sekolah sebagai perwakilan ke turnamen Natsu Koshien. Tim yang akan bertanding di turnamen Natsu Koshien pun menjadi 49 tim.

3. Tradisi mengambil tanah Koshien sebagai cendera mata

Para pemain bisbol merayakan kemenangan. (twitter.com/JapanCons_NY)
Para pemain bisbol merayakan kemenangan. (twitter.com/JapanCons_NY)

Berbeda dari stadion bisbol lainnya, yang kebanyakan lapangan tengahnya menggunakan rumput dan tanah berwana cokelat, bagian tengah lapangan Koshien justru berwana gelap dan sepenuhnya diisi dengan tanah. Lapangan tengah di Koshien gelap karena matahari pada musim panas akan menutupi pergerakan bola, sehingga menyulitkan pemain untuk melihat arah bola yang terlempar. Keunikan tanah lapangan Koshien ini akhirnya melahirkan sebuah tradisi yang dilakukan para pemain selama turnamen Senbatsu dan Natsu Koshien. Tim-tim yang gugur akan mengumpulkan segenggam tanah Koshien sebagai cendera mata.

Tanah ini dianggap sangat berharga karena melambangkan kerja keras dan dedikasi yang telah dicurahkan para pemain dalam bermain bisbol. Bagi banyak siswa, membawa pulang tanah Koshien merupakan simbol pencapaian besar dalam karier bisbol mereka. Selain disimpan sebagai kenang-kenangan, tanah Koshien ini juga sering diberikan kepada para junior untuk memotivasi mereka agar bisa melangkahkan kaki ke Koshien.

4. Turnamen Koshien menjadi batu loncatan untuk karier profesional

Shohei Ohtani (instagram.com/shoheiohtani)
Shohei Ohtani (instagram.com/shoheiohtani)

Banyak pemain yang berpartisipasi di Koshien kemudian melanjutkan karier profesional mereka, baik di Nippon Professional Baseball (NPB) di Jepang maupun Major League Baseball (MLB) di Amerika Serikat. Pemain terkenal seperti Shohei Ohtani juga memulai kariernya di Koshien sebelum menjadi bintang internasional. Koshien dianggap sebagai batu loncatan penting bagi pemain yang bercita-cita menjadi atlet bisbol profesional.

5. Pengaruh turnamen Koshien terhadap budaya pop Jepang

poster anime Ace of Diamond (twitter.com/diaace_anime)
poster anime Ace of Diamond (twitter.com/diaace_anime)

Turnamen Koshien bukan hanya memengaruhi para pencinta olahraga, melainkan juga memberikan dampak drastis kepada budaya pop Jepang. Banyak manga, anime, dan film yang mengambil inspirasi dari turnamen ini. Mereka menampilkan cerita-cerita dramatis tentang perjuangan dan impian para pemain bisbol muda. Salah satunya adalah manga karya Yuji Terajima yang telah diadaptasi menjadi anime berjudul Ace of Diamond.

Ace of Diamond atau Diamond no Ace menceritakan perjalanan Eijun Sawamura dalam meraih impiannya menjadi pitcher terbaik dan menjadi ace yang bisa diandalkan. Manga ini menggambarkan perjalanan Sawamura bersama rekan-rekannya di tim bisbol SMA Seido dalam upaya mencapai turnamen Koshien. Kisahnya mencakup berbagai aspek, seperti latihan intensif, ikatan antarpemain, dan tantangan yang mereka hadapi saat berhadapan dengan tim-tim bisbol dari sekolah lain.

Koshien bukan hanya turnamen bisbol sekolah menengah atas, melainkan juga sebuah fenomena budaya yang memengaruhi seluruh Jepang. Fakta-fakta dalam artikel ini sekiranya cukup membuktikan betapa besarnya dampak Koshien. Tidak hanya bagi para pemain, tetapi juga bagi masyarakat Jepang secara keseluruhan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us