Ilustrasi medali untuk Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Tokyo2020.org
Keinginan masyarakat Jepang ini rupanya selaras dengan yang diutarakan mantan pejabat Olimpiade 2012, Keith Mills. Ia menyebut, jika masih berada di posisi sebagai pemangku kebijakan Olimpiade, ia akan memiliki rencana pembatalan Olimpiade di Tokyo ini.
"Saya yakin mereka (Jepang) sudah memiliki rencana untuk pembatalan. Namun, menurut saya, mereka baru akan benar-benar membuat keputusan krusial pada menit-menit akhir. Mereka masih akan memantau situasi, apakah semua akan membaik atau tidak," ujar Mills, dilansir Reuters.
Sedangkan, menurut ketua panitia penyelenggara Olimpiade 2012 Seb Coe, tantangan yang akan dihadapi Jepang saat menyelenggarakan Olimpiade 2021 adalah bagaimana menyesuaikan diri dengan pandemik. Tidak bisa dimungkiri, Olimpiade merupakan tempat berkumpulnya orang-orang, baik itu atlet, ofisial, maupun wartawan.
Coe memprediksi, pekerjaan rumah bagi Jepang adalah bagaimana caranya mereka mengatur atlet, ofisial, dan orang sebanyak itu agar tidak menjadi tempat menyebarnya COVID-19. Kerumunan dan jarak antar atlet akan jadi sesuatu yang krusial.
"Menurut saya, masalah berat ada di kerumunan dan jarak antar atlet. Coba pikirkan, di perkampungan atlet nantinya, ada 10.500 atlet dan mungkin 7.000 staf pendukung lainnya. Mereka tentu ingin makan pada waktu yang hampir bersamaan," ujar Coe kepada Sky News.