Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Olimpiade Tokyo Dibayangi Lonjakan Kasus COVID-19

Pesta olahraga Olympiade Tokyo dibayangi lonjakan infeksi COVID-19. Ilustrasi (unsplash.com/Anthony)

Tokyo, IDN Times – Pada akhir Maret 2020, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Presiden International Olympic Comitte (IOC), Thomas Bach, sepakat untuk menunda Olimpiade Tokyo dan akan dilangsungkan pada pertengahan tahun 2021. Kini, pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang hanya tinggal beberapa bulan lagi berada di bawah bayang-bayang ketakutan baru.

Hadirnya vaksin virus corona yang diharapkan akan segera mengatasi wabah, rupanya masih meninggalkan sekian keraguan. Apalagi sejak diketahuinya varian baru virus corona di Inggris dan Afrika Selatan, pelaksanaan Olimpiade Tokyo semakin berada di bawah bayang-bayang kekhawatiran baru.

Jangka waktu satu tahun penundaan acara Olimpiade diharapkan dunia telah sanggup mengendalikan wabah. Tapi faktanya, setahun lebih sejak virus pertama di deteksi di Wuhan, tanda-tanda musnahnya wabah masih berada di jalur kebimbangan.

Pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2021, apakah akan ditunda lagi, atau akan tetap dilanjutkan atau akan diputuskan akan benar-benar dibatakan menjadi pertanyaan-pertanyaan baru.

1. Optimisme meraih kesuksesan penyelenggaraan

PM Yoshihide Suga. (twitter.com/Travel to Tokyo)

Sembilan bulan sejak Olimpiade Tokyo diputuskan untuk ditunda pada Maret tahun 2020, kini harapan akan tetap dilaksanakannya acara olahraga tersebut secara meriah, dengan melibatkan jutaan penonton, menemukan nasib yang tidak seperti harapan. Fakta bahwa virus corona belum sepenuhnya dapat dikendalikan adalah fakta yang harus dihadapi oleh para pejabat penyelenggara Olimpiade.

Terdeteksinya varian baru virus corona dari Inggris dan Afrika Selatan di Jepang, telah memaksa pemerintah melakukan pembatasan yang ketat. Jepang telah melarang semua warga asing non-residen memasuki negaranya sejak akhir Desember lalu. Keputusan itu dilakukan karena kekhawatiran meluasnya sebaran infeksi varian baru yang dilaporkan 70 persen lebih menular dari sebelumnya.

Dalam kunjungannya ke Jepang pada November tahun lalu, Thomas Bach dan PM Jepang yang baru, Yoshihide Suga, memiliki optimisme besar untuk menyukseskan Olimpiade Tokyo. Melansir dari laman The Guardian, Bach dan Suga “sepenuhnya selaras dalam tekad dan keyakinan penuh” untuk menjadikan Olimpiade dan Paralimpiade akan meraih “sukses besar”.

2. Desakan mengumumkan keadaan darurat

Yuriko Koike, gubernur Tokyo. (twitter.com/CICO)

Sejauh ini, Jepang masih dinilai baik dalam mitigasi wabah virus corona. Total kasus infeksi di Jepang, menurut Worldometer, “hanya” mencapai jumlah 234.395 kasus. Sedangkan korban meninggal akibat virus corona sebanyak 3.460 orang.

Awal Desember 2020, Jepang mulai mengalami lonjakan kasus virus corona. Lonjakan tersebut cukup mengkhawatirkan banyak orang. Di ibukota Tokyo, infeksi virus baru harian telah menembus 1.300 kasus baru. Itu adalah rekor baru yang sebelumnya hanya mencapai 949 per hari.

Melansir dari Japan Times, gubernur Tokyo, Yuriko Koike, bersama dengan gubernur prefektur Saitama, Chiba dan Kanagawa pada hari Sabtu, bergabung untuk mendesak pemerintah pusat mengumumkan keadaan darurat menyusul melonjaknya infeksi kasus harian COVID-19. Pihak pemerintah yang diwakili oleh Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura mengatakan perlu bertemu dengan para ahli sebelum memutuskan keadaan darurat.

Pada hari Sabtu, infeksi harian virus corona di ibukota Tokyo telah mengalami penurunan kembali. Setelah sebelumnya mencatatkan rekor menembus angka infeksi lebih dari 1.000, infeksi pada hari Sabtu, menyentuh angka 814 kasus baru.

3. Publik Jepang tidak yakin pelaksanaan Olimpiade Tokyo

Publik Jepang lebih banyak yang mendukung penundaan Olimpiade dari pada melanjutkan sesuai jadwal. Ilustrasi (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Tahun 2021 adalah tahun yang banyak ditunggu, khususnya oleh para penggemar olahraga. Banyak orang memang sudah optimis dengan hadirnya virus yang diyakini dapat mengalahkan virus corona dan menjadikan even-even olahraga kembali meriah. Meskipun begitu, yang mengejutkan adalah publik Jepang tidak yakin akan pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang akan dilangsungkan pada Juli 2021.

Mayoritas orang Jepang memilih berpendapat agar Olimpiade kembali ditunda atau bahkan dibatalkan. Melansir dari Japan Times, jajak pendapat yang dilakukan oleh NHK pada 15 Desember 2020, menemukan bahwa 27 persen warga mendukung pelaksanaan tetap dilanjutkan dan 32 persen mendukung pembatalan pelaksanaan. Sedangkan 31 persen memilih mendukung penundaan.

Penundaan pelaksanaan pertandingan Olimpiade Tokyo telah menjadi mimpi buruk bagi penyelenggara. Ditambah lagi dengan menyusun tindakan penanggulangan virus corona, biaya logistik bagi penyelenggara harus mengeluarkan biaya lebih mahal lagi.

Penundaan dan tindakan kesehatan sebagai upaya pencegahan virus corona setidaknya membuat penyelenggara menambah anggaran sekitar 294 miliar yen atau sekitar Rp. 40 triliun. Kenaikan anggaran tersebut, setidaknya lumayan terbantu dengan 68 sponsor domestik yang telah sepakat memperpanjang kontraknya hingga tahun depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us