Spanduk protes soal regulasi kepemilikan senjata di Amerika Serikat. (Pexels.com/Katie Godowski)
Isu berikutnya yang tak kalah ramai adalah hak kepemilikan senjata di Amerika Serikat yang relatif bebas. Amerika Serikat sendiri punya sejarah panjang soal ini. Sejak lama senjata adalah bagian integral dari sistem masyarakat negeri itu. Entah untuk kegiatan berburu, membela diri, hingga hubungannya dengan military industrial complex (lingkaran hubungan antara institusi militer, industri senjata dan pemerintah). PEW Research Center yang melakukan studi pada 2021—2022 menemukan bahwa masyarakat Amerika terpolarisasi soal ini.
Sebagian menganggap senjata adalah sumber masalah karena adanya insiden penembakan massal di tempat umum. Di sisi lain, mereka butuh senjata untuk melindungi diri dari aksi kriminal. Lebih dari separuh responden setuju kalau Amerika Serikat butuh regulasi yang lebih ketat soal kepemilikan senjata menurut studi PEW. Namun, hingga kini tak ada perubahan apa pun soal itu. Dua partai di negeri itu, Demokrat dan Republik sama-sama tak berani mengambil terobosan berani soal isu ini.
Mendekati penyelenggaraan Piala Dunia 2026, penembakan massal masih terjadi di Amerika Serikat. Data yang dihimpun CBS News per 4 Juli 2024 menunjukkan bahwa sepanjang tahun ini sudah ada 216 insiden penembakan di seluruh Amerika Serikat. Terakhir, pada 13 Juli 2024, terjadi upaya penembakan terhadap calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump. Wajar jika calon penonton Piala Dunia 2026 was-was perihal keselamatan mereka saat menonton pertandingan. Apalagi masih ada trauma mengingat lambatnya respons petugas keamanan pada laga semifinal Copa America 2024 beberapa waktu lalu.
Menggagalkan mungkin kata yang terlalu frontal, layaknya dulu wacana pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar karena dugaan pelanggaran HAM terhadap pekerja konstruksi stadion. FIFA tentu tak mau mengambil risiko mencari alternatif tuan rumah dalam waktu yang sudah mepet seperti ini. Berkaca dari beberapa insiden di Copa America 2024, Amerika Serikat masih punya waktu untuk memperbaiki tata kelola keramaian mereka.