Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Southampton F.C. (pixabay.com/jorono)
Southampton F.C. (pixabay.com/jorono)

Intinya sih...

  • Southampton F.C. didirikan pada 1885 dan memiliki sejarah panjang sebagai klub sepak bola profesional, termasuk kemenangan Piala FA pada 1976 dan persaingan sengit dengan Portsmouth.
  • Klub ini telah mengalami perubahan kepemilikan dari dewan gereja hingga investor asing seperti Markus Liebherr, Katharina Liebherr, dan Gao Jisheng.
  • Sejak Januari 2022, Southampton F.C. dimiliki oleh Sport Republic yang berambisi membangun model multi-klub serta memperkuat skuad Southampton dengan pemain muda berbakat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Southampton Football Club adalah salah satu klub sepak bola profesional di Inggris yang memiliki sejarah panjang. Klub ini bermarkas di St Mary’s Stadium dan dijuluki "The Saints" karena asal-usulnya sebagai tim gereja. Didirikan pada 1885, Southampton telah mengalami berbagai pasang surut dalam dunia sepak bola.

Selain sejarah panjangnya, kepemilikan klub juga mengalami berbagai perubahan. Dari dewan gereja hingga investor asing, tiap kepemilikan membawa tantangan dan peluang tersendiri bagi klub. Berikut adalah empat fakta menarik tentang Southampton F.C. yang patut diketahui.

1. Southampton F.C. telah berdiri sejak 1885 dan terus berkembang

Southampton Football Club memiliki sejarah panjang sejak didirikan pada 1885. Awalnya, klub ini berasal dari sebuah tim gereja bernama St. Mary’s, yang akhirnya berkembang menjadi klub sepak bola profesional. Julukan "The Saints" berasal dari akar gereja mereka.

Sejak berdiri, Southampton telah mengalami berbagai momen bersejarah, termasuk memenangi Piala FA pada 1976. Klub ini juga dikenal dengan persaingan sengitnya dengan Portsmouth, yang dikenal sebagai "South Coast Derby." Rivalitas ini menjadi bagian penting dari identitas klub dan menambah semangat kompetisi pada tiap pertemuan mereka.

Selama lebih dari satu abad, klub ini mengalami berbagai pasang surut. Setelah degradasi pada 2023, Southampton berhasil kembali ke English Premier League pada 2024 melalui jalur play-off EFL Championship. Keberhasilan ini menjadi bukti ketangguhan mereka dalam menghadapi tantangan di dunia sepak bola.

2. Perubahan kepemilikan Southampton F.C. membawa tantangan baru

Southampton F.C. awalnya dikelola oleh dewan gereja sebelum akhirnya berpindah kepemilikan beberapa kali. Salah satu perubahan terbesar terjadi pada 2009 ketika klub mengalami masalah keuangan dan masuk ke dalam administrasi. Markus Liebherr, seorang pengusaha asal Swiss, membeli klub dan menyelamatkannya dari kebangkrutan.

Setelah meninggalnya Liebherr pada 2010, kepemilikan berpindah ke putrinya, Katharina Liebherr, yang membawa Southampton ke era stabilitas dan keberhasilan di English Premier League. Namun, pada 2017, mayoritas saham klub dibeli oleh pengusaha China, Gao Jisheng. Sayang, kepemimpinannya dianggap kurang aktif dan membuat penggemar kecewa karena minimnya investasi.

Pada Januari 2022, kepemilikan klub kembali berganti tangan. Sport Republic, sebuah perusahaan investasi olahraga berbasis di London, Inggris, mengambil alih mayoritas saham Southampton. Perubahan ini membawa harapan baru bagi penggemar yang menginginkan stabilitas dan perkembangan yang lebih baik untuk klub.

3. Sport Republic mengambil alih Southampton F.C. dengan ambisi besar

Sejak Januari 2022, Southampton F.C. dimiliki oleh Sport Republic, sebuah perusahaan investasi olahraga berbasis di London, Inggris. Perusahaan ini didirikan oleh Rasmus Ankersen dan Henrik Kraft, dengan investor utama Dragan Šolak. Mereka membeli 80 persen saham dari Gao Jisheng dan memiliki visi membangun model multi-klub seperti yang dilakukan City Football Group.

Sejak mengambil alih, Sport Republic berusaha memperkuat skuad Southampton dengan mendatangkan pemain muda berbakat. Meski begitu, performa klub di lapangan mengalami kesulitan yang menyebabkan mereka terdegradasi ke EFL Championship pada 2023. Untuk mengatasi situasi ini, Sport Republic melakukan perubahan manajemen dengan menunjuk Russell Martin sebagai pelatih baru serta melakukan perombakan dalam struktur klub.

Selain itu, Sport Republic juga mulai berinvestasi dalam klub lain. Mereka membeli 70 persen saham klub Turki, Göztepe, pada Agustus 2022 dan menjadi pemilik mayoritas klub Prancis, Valenciennes, pada 2023. Strategi ini menunjukkan ambisi mereka untuk membangun jaringan klub sepak bola yang lebih luas.

4. Southampton F.C. memiliki skuad bernilai tinggi dengan potensi besar

Pada 2024, skuad Southampton F.C. memiliki total nilai pasar sekitar 306,70 juta Euro atau sekitar Rp5,3 triliun. Klub ini memiliki kombinasi pemain muda berbakat dan pemain berpengalaman dengan rata-rata usia skuad 26,1 tahun. Beberapa pemain andalan dalam tim, termasuk Taylor Harwood-Bellis (25 juta Euro atau sekitar Rp432 miliar), Kyle Walker-Peters (20 juta Euro atau sekitar Rp345 miliar), dan Lesley Ugochukwu (25 juta Euro atau sekitar Rp432 miliar).

Selain itu, pemain muda seperti Tyler Dibling, yang baru berusia 18 tahun, telah menunjukkan potensi besar dengan nilai pasar 22 juta Euro atau sekitar Rp380 miliar. Meski Southampton mengalami defisit dalam belanja pemain dengan rekor transfer -75,56 juta Euro atau sekitar Rp1,3 triliun, mereka tetap berusaha membangun tim yang kompetitif untuk kembali bersaing di English Premier League. Keberadaan pemain berbakat ini diharapkan dapat membantu klub mencapai target jangka panjang mereka.

Southampton F.C. terus berusaha bangkit dan memperkuat posisinya di sepak bola Inggris. Punya sejarah panjang, kepemilikan baru, dan skuad berbakat, masa depan klub ini masih penuh dengan kemungkinan menarik. Jika mereka bisa mengoptimalkan potensi pemain yang ada, tidak menutup kemungkinan Southampton akan kembali menjadi kekuatan besar di sepak bola Inggris.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team