Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera FSV Mainz 05 (pixabay.com/jorono)

FSV Mainz 05 muncul sebagai tim kejutan di Bundesliga Jerman 2024/2025. Hingga pekan ke-25, mereka berhasil menghuni posisi ketiga dengan 44 poin. Padahal, pada 2023/2024, tim yang berjuluk Die Nullfuenfer ini hanya bisa berakhir di peringkat 13.

Jika mampu tetap berada di zona empat besar hingga musim 2024/2025 tuntas, maka Mainz pun dipastikan akan bermain di Liga Champions Eropa (UCL) untuk pertama kalinya pada 2025/2026. Sejak terbentuk pada 1905, tim yang bermarkas di MEWA Arena ini baru empat kali merasakan tampil di kompetisi Eropa. Kapan saja dan seperti apa hasilnya? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Mainz terhenti pada babak pertama Piala UEFA 2005/2006

Pengalaman pertama Mainz bermain di kompetisi Eropa terjadi pada 2005/2006. Saat itu, mereka berhak tampil di Piala UEFA (pendahulu Liga Europa) karena menjadi 1 dari 3 penerima tiket via peringkat fair play. Mainz mendapatkannya karena pencapaian mengagumkan mereka di Bundesliga 2004/2005.

Pada 2004/2005, Mainz untuk pertama kalinya bermain di Bundesliga. Mereka berhasil berakhir di peringkat sebelas. Bagi tim promosi, hasil tersebut jelas merupakan sebuah pencapaian yang cukup luar biasa. UEFA pun mengapresiasi prestasi tersebut.

Tim yang kala itu dilatih oleh Juergen Klopp ini menjalani Piala UEFA 2005/2006 mulai fase kualifikasi babak pertama yang merupakan tahap paling awal. Mereka bertemu dengan FC Mika. Mainz mampu unggul telak atas tim dari Armenia tersebut. Mereka menang pada leg pertama dengan skor 4-0 dan imbang tanpa gol pada leg kedua.

Pada fase kualifikasi babak kedua, Mainz bertemu dengan tim dari Islandia, Keflavik. Mereka kembali menang dengan agregat 4-0. Perbedaannya, Mainz sama-sama merebut leg pertama dan kedua dengan kemenangan 2-0.

Setelah kemenangan atas Keflavik, Mainz pun lolos ke babak pertama yang merupakan fase inti paling awal dari kompetisi. Sayangnya, langkah mereka terhenti pada tahap ini setelah disingkirkan oleh Sevilla. Pada leg pertama, mereka sebetulnya mampu menahan imbang raksasa asal Spanyol tersebut tanpa gol. Namun, ketika bermain tandang pada leg kedua, mereka kalah dengan skor 0-2. Sebagai catatan, Sevilla pada akhirnya menjadi tim yang berhasil menjadi juara.

2. Mainz langsung tersingkir pada fase kualifikasi babak ketiga Liga Europa 2011/2012

Mainz baru mampu kembali lolos ke kompetisi Eropa pada 2011/2012. Mereka berhak untuk mengikuti Liga Europa mulai fase kualifikasi babak ketiga setelah berakhir di peringkat kelima di Bundesliga 2010/2011. Sayangnya, Mainz langsung tersingkir pada tahap ini.

Mereka ditaklukkan oleh Gaz Metan yang berasal dari Rumania lewat adu penalti. Pada leg pertama dan kedua, kedua tim sama-sama bermain imbang 1-1. Namun, saat adu tos-tosan, Mainz kalah dengan skor 4-5. 

Setelah tiga penendang pertama kedua tim berhasil mencetak gol, Sami Allagui sebagai  penendang keempat Mainz gagal untuk pertama kalinya. Namun, skor tetap inbang 3-3 karena Alin Litu sebagai penendang keempat Gaz Metan juga gagal. Sayangnya, Mainz kembali tertekan karena Elkin Soto sebagai penendang kelima mereka malah mengikuti jejak Allagui. Akhirnya, Gaz Metan pun memastikan kemenangan lewat eksekusi dari Thaer Bawab.

3. Mainz kembali terhenti pada fase kualifikasi babak ketiga Liga Europa 2014/2015

Di Liga Europa 2014/2015, Mainz mengulang kegagalan mereka seperti pada 2011/2012. Tim yang saat itu dilatih oleh Kasper Hjulmand tersebut berhak lolos ke fase kualifikasi babak ketiga setelah berakhir di posisi ketujuh di Bundesliga 2013/2014. Namun, mereka tidak bisa melangkah lebih jauh usai dihentikan oleh tim dari Yunani, Asteras Tripolis.

Mainz sebetulnya mampu menang dengan skor 1-0 ketika memainkan leg pertama di kandang. Namun, ketika melakoni leg kedua, mereka menyerah dengan skor 1-3. Hasilnya, Asteras Tripolis pun berhak atas tiket babak selanjutnya berkat kemenangan dengan agregat 3-2.

4. Mainz lolos ke babak grup Liga Europa 2016/2017

Di Liga Europa 2016/2017, Mainz untuk pertama kalinya merasakan lolos ke babak grup kompetisi Eropa. Mereka mendapat kesempatan tersebut setelah berakhir di peringkat keenam di Bundesliga 2015/2016. Mainz tergabung di grup C bersama Saint-Etienne, FK Gabala, dan Anderlecht.

Sayangnya, Mainz tidak bisa melaju ke fase gugur. Mereka hanya berakhir di peringkat ketiga pada babak grup. Mereka meraih 9 poin dari hasil 2 kemenangan, 3 keimbangan, dan 1 kekalahan. Satu-satunya kekalahan yang diterima oleh Mainz tersebut terjadi pada 3 November 2016 saat dibantai dengan skor 1-6 oleh Anderlecht.

Mainz masih menyisakan sembilan pertandingan di Bundesliga 2024/2025. Mereka tidak boleh lengah jika ingin bermain di UCL untuk pertama kalinya pada 2025/2026. Mampukah tim asuhan Bo Henriksen ini melakukannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team