Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pemain sepak bola gagal mencetak gol (pixabay.com/planet_fox)
ilustrasi pemain sepak bola gagal mencetak gol (pixabay.com/planet_fox)

Intinya sih...

  • Liverpool kalah adu penalti dari PSG, Nunez dan Jones gagal mencetak gol.
  • Ini kali kelima Liverpool menjalani adu penalti di kompetisi Eropa.
  • John Arne Riise salah satu pemain yang gagal cetak gol lewat penalti, tapi Liverpool saat itu sukses meraih juara Liga Champions.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Darwin Nunez dan Curtis Jones menjadi biang kerok kekalahan Liverpool dari Paris Saint-Germain (PSG) pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions (UCL) 2024/2025. Rabu (12/3/2025) dini hari WIB. Pada pertandingan ini, The Reds tersingkir usai kalah lewat adu penalti. Nunez dan Jones menjadi dua pemain mereka yang gagal mencetak gol.

Sepanjang sejarah keikutsertaan di seluruh kompetisi Eropa, pertandingan melawan PSG merupakan kali kelima Liverpool menjalani adu penalti. Hasilnya, mereka menang 3 kali dan kalah 2 kali. Liverpool mengalahkan AS Roma pada final UCL 1983/1984, AC Milan pada final UCL 2004/2005, dan Chelsea pada final Piala Super Eropa 2019. Sementara, sebelum melawan PSG, Liverpool kalah adu penalti dari Besiktas pada babak 32 besar Liga Europa 2014/2015.

Selama adu tos-tosan tersebut, ada 21 pemain yang mendapat tanggung jawab sebagai eksekutor. Lima di antaranya gagal mencetak gol. Termasuk Nunez dan Jones, berikut daftar lengkap kelima pemain tersebut.

1. Darwin Nunez gagal menyamakan kedudukan untuk Liverpool saat melawan PSG

Darwin Nunez maju sebagai eksekutor kedua Liverpool dalam adu penalti melawan Paris Saint-Germain pada Rabu (12/3/2025) dini hari WIB. Penyerang asal Uruguay itu gagal mencetak gol. Tendangannya ke arah kanan bisa dibaca dengan sempurna oleh Gianluigi Donnarumma.

Hasilnya, Nunez pun gagal menyamakan kedudukan bagi Liverpool. Sebelumnya, Vitinha dan Goncalo Ramos berhasil mencetak gol untuk PSG. Sementara, sebelum Nunez, ada Mohamed Salah yang sukses mengecoh Donnarumma.

Sebelum pertandingan ini, Nunez sudah mengambil 13 tendangan penalti sepanjang kariernya. Ia hanya pernah gagal sekali, yaitu saat melawan Chelsea di English Premier League (EPL) pada 31 Januari 2024. Saat itu, eksekusi Nuneh hanya membentur tiang. Beruntung, Liverpool menang dengan skor 4-1.

Saat melawan PSG sendiri, Nunez tampil sebagai pemain pengganti. Ia masuk pada menit 73 untuk menggantikan Diogo Jota. Tanda-tanda kegagalan Nunez mencetak gol saat adu penalti sudah terlihat dari performanya yang kurang mengesankan selama waktu normal. Ia tidak mampu melepaskan satu pun tembakan atau menciptakan peluang dan hanya sekali menyentuh bola di kotak penalti PSG.

2. Curtis Jones mengikuti langkah Darwin Nunez

Setelah Darwin Nunez, Curtis Jones maju sebagai penendang Liverpool selanjutnya saat menjalani adu penalti melawan Paris Saint-Germain. Alih-alih memperkecil ketertinggalan, gelandang berusia 24 tahun itu membuat timnya makin tertekan. Ia melepaskan tendangan yang kurang meyakinkan. Bola melaju mendatar dan mengarah sedikit ke tengah. Gianluigi Donnarumma pun mementahkannya dengan mudah.

Seperti Nunez, Jones pun bermain sebagai pengganti. Ia masuk pada menit 91 untuk menggantikan Alexis Mac Allister. Sebelum pertandingan ini, pemain asli binaan akademi Liverpool ini tidak pernah mengambil tendangan penalti di level senior.

Ia pernah melakukannya sekali untuk Liverpool U-19 di ajang UEFA Youth League pada 27 November 2019. Pada pertandingan melawan Napoli tersebut, Jones yang bertindak sebagai kapten mengemas hattrick dengan salah satu golnya dibuat lewat titik putih pada menit 18. Liverpool sendiri menang dengan skor telak, 7-0.

3. Dejan Lovren membuat Liverpool kalah dari Besiktas pada 2015

Pada 26 Februari 2015, Liverpool bertarung melawan Besiktas untuk melakoni leg kedua babak 32 besar Liga Europa 2014/2015. Sebelum pertandingan dimulai, mereka unggul dengan skor 1-0 berkat gol penalti Mario Balotelli pada leg pertama. Namun, Besiktas bisa menyamakan agregat usai mencetak gol melalui Tolgay Arslan pada menit 72.

Setelah tidak ada gol tambahan hingga waktu normal selesai, pertandingan pun akhirnya harus dituntaskan lewat adu penalti. Besiktas keluar sebagai pemenang setelah Dejan Lovren gagal mencetak gol. Bek asal Kroasia itu gagal menunaikan tugasnya sebagai eksekutor terakhir Liverpool. Tendangannya melambung tinggi di atas gawang.

Pemandangan Lovren yang maju sebagai salah satu penendang pada pertandingan ini memang cukup mengherankan. Selain karena posisinya sebagai seorang bek, saat itu Liverpool juga memiliki para pemain lain yang lebih ofensif, seperti Raheem Sterling. Namun, Brendan Rodgers sebagai pelatih Liverpool kala itu mengungkapkan, Lovren memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dibanding para pemain lain. Hasilnya, ia pun mengajukan namanya sendiri untuk mengambil tugas tersebut. Sayangnya, keyakinan tersebut tidak berbuah manis.

4. Liverpool menjuarai UCL 2004/2005 meski John Arne Riise gagal mengeksekusi penalti

The Miracle of Istanbul menjadi julukan yang disematkan untuk pertandingan final Liga Champions 2004/2005 antara Liverpool melawan AC Milan. Kedua tim bertarung di Ataturk Olimpiyat Stadyumu, Istanbul, Turki, pada 26 Mei 2005. Liverpool berhasil menciptakan sebuah kemustahilan.

Mereka tertinggal dengan skor 0-3 pada babak pertama. Ketika laga baru berjalan 50 detik, AC Milan sudah memimpin lewat tendangan voli Paolo Maldini. Hernan Crespo memperlebar keunggulan setelah mencetak brace pada menit 39 dan 44.

Namun, pada awal babak kedua, Liverpool membuat kejutan. Mereka berhasil menyamakan kedudukan lewat Steven Gerrad pada menit 54, Vladimir Smicer pada menit 56, dan Xabi Alonso pada menit 60. Tim asuhan Rafael Benitez itu akhirnya mampu menahan AC Milan hingga pertandingan selesai.

Pada adu penalti, Liverpool kembali mendapat keajaiban setelah Serginho dan Andrea Pirlo sebagai dua penendang pertama AC Milan gagal mencetak gol. Sayangnya, selebrasi juara Liverpool tertahan ketika John Arne Riise sebagai eksekutor ketiga mereka gagal menunaikan tugasnya. Pemain kidal yang dikenal dengan tendangan keras tersebut justru melepaskan sebuah sepakan placing ke sisi kiri yang bisa dijangkau oleh Dida.

Namun, Liverpool memang benar-benar dinaungi Dewi Fortuna pada pertandingan ini. Andriy Shevchenko sebagai penendang kelima AC Milan mengikuti jejak Serginho dan Pirlo. Liverpool menang dengan skor 3-2.

5. Steve Nicol gagal sebagai eksekutor pertama Liverpool pada final UCL 1983/1984 melawan AS Roma

Sebelum 2004/2005, Liverpool juga pernah menjadi juara Liga Champions lewat adu penalti. Itu terjadi pada 1983/1984. Saat itu, tim besutan Joe Fagan tersebut menaklukkan AS Roma.

Kedua tim bermain imbang 1-1 pada waktu normal. Liverpool sempat memimpin melalui Phil Neal pada menit 14. Namun, AS Roma bisa menyamakan kedudukan lewat Roberto Pruzzo pada menit 44.

Pada adu penalti, Liverpool menang dengan skor 4-2. Menariknya, mereka sebetulnya sempat tertinggal setelah Steve Nicol sebagai penendang pertama gagal mencetak gol. Namun, Liverpool akhirnya membalikkan keadaan usai Bruno Conti (penendang kedua) dan Francesco Graziani (penendang keempat) tidak bisa membobol gawang mereka yang dijaga oleh Bruce Grobbelaar.

Akibat kegagalan mencetak gol pada babak adu penalti, lembaran kelima pemain di atas dalam buku sejarah Liverpool akan terus terbubuhi noda. Beruntung bagi John Arne Riise dan Steve Nicol, kesialan mereka tertutupi dengan keberhasilan tim menjadi juara. Sementara, untuk Darwin Nunez, Curtis Jones, dan Dejan Lovren, ketiganya tidak bisa menghapus ingatan buruk para pendukung klub tentang mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team