pemain AS Monaco (instagram.com/asmonaco)
Setelah dikenal sebagai pemilik AS Monaco, Dimitri Rybolovlev terkonfirmasi membeli sebagian besar saham Cercle Brugge. Sejak itu terjadi pada 2017, pola perpindahan pemain dari dua klub itu pun tampak jelas. AS Monaco rutin mengirimkan jebolan akademinya ke Cercle Brugge. Sebaliknya, pemain Cercle Brugge beberapa kali ditarik ke AS Monaco, baik lewat transfer permanen maupun skema pinjaman.
Melihat riwayat transfer Cercle Brugge pada awal 2010-an, mereka tergolong tim dengan dana cekak yang enggan belanja pemain. Sejak Ryobovlev datang, Cercle Brugge mulai punya dana untuk mendatangkan pemain-pemain baru, tetapi suntikan anggarannya tidak mencengangkan. Catatan menariknya, meski dimiliki seorang miliarder asal Rusia, AS Monaco dan Cercle Brugge bukan tim yang mengemban misi mengorbitkan pemain asal Eropa Timur. Sejauh ini, pemain Eropa Timur yang pernah mereka naungi sejak Ryobovlev terbatas pada Strahinja Pavlovic (Serbia) dan Alexander Golovin (Rusia).
Sebagai cerminan sempurna sistem ekonomi kapitalisme, tren kepemilikan ganda dalam sepak bola sepertinya akan terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Fenomena ini sendiri sudah menimbulkan polemik sendiri. UEFA sampai mengeluarkan regulasi tertulis untuk menghalangi investor yang tamak. Namun, bisakah ini menekan tren multi-ownership?