Mattia Perin saat melakukan tes medis bersama Juventus pada 2018. (twitter.com/juventusfc)
Serangkaian catatan di atas membuat Juventus tak ragu untuk merekrutnya meski harus mengeluarkan uang mencapai Rp283 miliar. Tim asal Kota Turin ini bahkan menaruh ekspektasi yang besar kepadanya. Juventus yakin Perin bakal jadi pengganti yang tepat untuk sang legenda, Gianluigi Buffon. Seperti diketahui, pada saat yang sama, Buffon pindah secara gratis ke Paris Saint-Germain.
Sayangnya, bagi Perin, kepindahan ini justru menjadi awal dari penurunan kariernya. Pada musim debutnya di Allianz Arena, ia hanya bermain sembilan kali. Kiper setinggi 1,88 meter ini kalah bersaing dari Wojciech Szczesny yang didatangkan dari Arsenal pada 2017.
Jika melihat secara rinci, Perin sebetulnya tetap tampil mengesankan. Dari jumlah kesempatan yang disebutkan di atas, ia bisa mencatatkan 5 cleansheet dan hanya kebobolan 8 gol. Kemudian, dari segi hasil akhir, ia membantu Juventus meraih 7 kemenangan, 1 seri, dan hanya menelan 1 kekalahan. Meski tidak signifikan, ia tetap berperan dalam kesuksesan Juventus merebut Scudetto pada musim tersebut.
Alih-alih akibat penampilan, hilangnya kepercayaan Juventus kepada Perin lebih disebabkan oleh cedera yang dideritanya. Menjelang musim usai, pemain didikan akademi Genoa ini memang mendapatkan masalah di bagian bahu. Kondisi tersebut sampai membuat Perin harus tetap absen hingga musim berikutnya.
Situasi ini pun memaksa Juventus kembali terjun ke pasar pemain. Ironisnya, mereka justru menggantikannya dengan Buffon yang habis kontrak di PSG. Tidak berhenti di situ, Perin semakin tidak dilirik karena Juventus yang memilih meminjamkannya ke Genoa pada bursa transfer Januari 2020. Ia bertahan di mantan klubnya tersebut selama satu setengah musim atau sampai akhir 2020/2021.
Ketika kembali pada awal musim berikutnya, peluang Perin untuk merebut posisi nomor satu Juventus dari Szczesny sudah benar-benar hilang. Hingga akhir 2023/2024 yang menjadi musim terakhir Szczesny, Perin hanya mendapat 38 kesempatan. Artinya, secara-rata, ia tampil 12 kali saja per musimnya.