Kekalahan ini membuat Manchester United hanya mengoleksi empat poin dari empat laga, menjadi start terburuk mereka di Premier League sejak 1992/1993. Posisi mereka di klasemen merosot ke peringkat 14 dan memperpanjang catatan hanya delapan kemenangan dari 31 laga Premier League di bawah Ruben Amorim. Catatan ini menempatkan rasio kemenangan Amorim hanya 26 persen, salah satu yang terendah dalam sejarah klub.
Kritik pun kian tajam diarahkan kepada keputusan Amorim yang menempatkan beberapa pemain di posisi yang tidak ideal. Bruno Fernandes yang bermain sebagai gelandang tengah kembali melakukan kesalahan dalam penjagaan, sementara Luke Shaw kewalahan bermain sebagai bek tengah yang berujung terciptanya dua gol Manchester City akibat kegagalannya membendung Jeremy Doku dan Erling Haaland. Dengan pertandingan melawan Chelsea dan Liverpool menanti, enam poin dari laga-laga berikut disebut bisa menjadi penentu apakah Amorim akan dipertahankan atau tidak.
Namun, Amorim menegaskan ia tidak akan mengubah filosofi 3-4-2-1 meski menuai kritik dari suporter maupun pengamat. Dalam konferensi pers, ia menyebut jika klub menginginkan sistem berbeda, maka mereka harus mengganti pelatih. Komentar ini menunjukkan keyakinannya kepada pendekatan taktikalnya, tetapi juga mempertebal spekulasi mengenai masa depannya.
Kekalahan yang dialami membuat Manchester United berada dalam fase krusial untuk menentukan arah musim mereka. Di sisi lain, Manchester City terlihat kembali menemukan ritme untuk bersaing di papan atas klasemen Premier League 2025/2026.