Salah satu alasan utama Juventus merekrut Thiago Motta saat itu untuk memperkenalkan gaya bermain yang lebih modern dan menyerang, berbeda dengan pendekatan pragmatis Massimiliano Allegri. Namun, kenyataannya, perubahan tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Motta gagal mengimplementasikan sistem yang efektif, dan tim sering kali terlihat kehilangan arah di lapangan.
Hal ini diperkuat dengan kesulitan Motta dalam beradaptasi dengan skuad yang ada. Pemain-pemain baru didatangkan, seperti Teun Koopmeiners, Douglas Luiz, dan Khephren Thuram, tak mampu menunjukkan performa yang sesuai dengan ekspektasi. Bahkan, keputusan Motta untuk merombak tim dengan menjual beberapa pemain senior seperti Danilo dan Federico Chiesa dianggap sebagai kesalahan strategi yang memperlemah Juventus.
Selain itu, taktik Motta tidak cocok dengan kondisi Juventus saat ini. Motta terbiasa mengandalkan tim yang mampu bermain menyerang dengan intensitas tinggi, seperti yang ia lakukan di Bologna musim lalu. Namun, di Juventus, banyak lawan yang bermain bertahan, sehingga taktiknya menjadi kurang efektif. Kegagalan dalam menyesuaikan taktik dengan karakteristik tim membuat performa Juventus tidak stabil sepanjang musim.
Meskipun Thiago Motta awalnya diharapkan bisa membawa perubahan ke Juventus dengan permainan agresif, ia justru gagal menerapkan strateginya. Kini, dengan Igor Tudor sebagai pengganti, Juventus berharap bisa kembali ke jalur yang lebih stabil dan mengamankan tiket Liga Champions untuk musim depan.