Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Logo Liga 1. (Dok PT LIB).
Logo Liga 1. (Dok PT LIB).

Jakarta, IDN Times - Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) melayangkan sikap kerasnya atas regulasi baru PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang memperbolehkan setiap klub memakai jasa 11 pemain asing. APPI merasa keberatan dengan aturan itu karena merasa bisa berdampak buruk pada kelangsungan karier pemain lokal.

Dengan aturan yang disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT LIB, Senin (8/7/2025), APPI menilai lahan karier buat para pemain lokal akan semakin terbatas. Sebab, tren klub menggunakan pemain asing sudah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan kuota yang terus ditambah.

1. Ada 198 pemain lokal yang terancam jadi pengangguran

Ilustrasi PHK. (dok. IDN Times)

Berdasarkan data dari APPI, dengan adanya 11 pemain asing di setiap klub, praktis akan menggeser 198 pemain lokal. Mereka bahkan terancam menjadi pengangguran.

Itu karena pilihan mereka hanya turun ke Liga 2 yang kini bernama Championship. Lebih buruknya lagi, mereka terjun menjadi pemain amatir di Liga 3.

2. Pangkas menit bermain pemain lokal

Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Dok. PSSI)

Regulasi ini juga memangkas menit bermain pemain lokal. Apalagi, Indonesia hanya memiliki satu kompetisi akibat Piala Indonesia masih mati suri sejak 2019 lalu.

Sebelum memutuskan regulasi penambahan kuota asing, PT LIB tidak berkomunikasi atau membahasnya terlebih dahulu kepada para pemain lokal, khususnya APPI. Padahal, mayoritas pemain Liga 1 yang kini bernama Super League keberatan dengan adanya regulasi tersebut.

"Kami sangat menyayangkan, regulasi yang akan secara langsung berimbas terhadap kehidupan para pemain diambil tanpa adanya komunikasi dan diskusi terlebih dahulu. Dari survey yang kami lakukan, mayoritas pemain Liga 1 merasa keberatan dengan adanya regulasi tersebut karena secara langsung akan sangat mengurangi menit bermainnya, dikarenakan saat ini hanya ada satu kompetisi profesional yang bergulir," bunyi pernyataan APPI.

3. APPI tak masalah, tapi regulasinya kontradiktif

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (Dok. PSSI)

APPI sejatinya tak masalah dengan aturan tersebut. Namun, mereka menyayangkan karena regulasi ini tedengar kontradiktif dengan pernyataan pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. Kluivert sempat menyatakan hanya akan memanggil pemain dengan menit bermain yang tinggi. Dengan adanya regulasi ini, berarti kesempatan pemain lokal untuk mengenakan seragam tempur Timnas Indonesia makin kecil

"Sebagai asosiasi yang menaungi pemain lokal dan asing, APPI tidak mempermasalahkan berapapun kuota yang ada. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan jam terbang talenta lokal di Indonesia. Jika muara dari kompetisi yang lebih berkualitas adalah prestasi Tim Nasional, maka regulasi ini tentu sangat kontradiktif dengan pernyataan dari Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, yang pernah menyatakan bahwa 'Jika para pemain tidak punya menit bermain di klub, maka kamu tidak bisa dapat kesempatan'," kata Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa.

Premier League hingga Bundesliga, dua kompetisi yang dibandingkan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dengan Indonesia, pada dasarnya memiliki aturan terkait homegrown players. Keduanya bahkan memiliki aturan ketat mengenai pendaftaran pemain lokal sejak usia dini demi membuka kesempatan mereka berkembang.

LIB memang sudah mengantisipasi dengan membatasi kuota pemain asing yang bisa berlaga secara bersamaan, yakni delapan, dan sistem pergantiannya harus lokal. Namun, fondasi regulasinya masih bisa diakali, tak seperti aturan homegrown players yang ada di Premier League atau Bundesliga.

Editorial Team