Masalah itu mungkin bukan perkara besar untuk mayoritas pemain, mengingat mereka pastinya sudah paham konsekuensi bergabung dengan tim amatir. Namun, jadi menarik ketika mereka berlaga di sebuah kompetisi profesional seperti Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. Auckland City FC lolos ke kompetisi buatan FIFA itu setelah dua klub profesional Selandia Baru Auckland Football Club dan Wellington Phoenix dinyatakan tak memenuhi syarat untuk ikut dalam kompetisi regional maupun internasional. Alasannya karena keduanya berlaga di A-League Australia (di bawah yurisdiksi AFC) padahal berbasis di Oceania.
Batasan antara amatir dan profesional jadi kabur di sini. Akan ada uang hadiah yang diterima klub atas partisipasi mereka dan apakah pemain bakal mendapatkan kompensasi atas kontribusi mereka? Tak ambil pusing dengan itu, salah satu pemain Auckland City yang diwawancara France24, Angus Kilkolly, mengaku ini adalah momen sekali seumur hidup yang tak akan dilewatkannya.
Pernyataan yang sederhana dan tanpa pamrih di tengah gencarnya komodifikasi olahraga. Mungkin benar, cinta memang sebuta itu. Para pemain tim amatir bisa dibilang orang-orang yang hanya ingin menyalurkan kecintaannya kepada sepak bola tanpa meminta mahar apa pun.