Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret logo Sunderland
potret logo Sunderland (pixabay.com/users/pyxis-web-solutions-57134)

Sunderland kembali ke English Premier League 2025/2026 dengan status tim promosi yang dipandang lemah. Mereka hanya promosi lewat jalur play-off setelah menutup musim dengan 5 kekalahan dalam 6 laga terakhir di Divisi Championship dan hanya mencetak satu gol. Situasi makin sulit karena talenta muda mereka, Jobe Bellingham dan Tom Watson, dilepas ke klub lain.

Prediksi suram pun bermunculan. Beberapa analis menempatkan Sunderland di urutan 20 dalam proyeksi tim yang akan terdegradasi. Namun, kenyataan di lapangan jauh berbeda. Dalam 6 laga pertama Premier League, Sunderland mengoleksi 11 poin, rekor terbaik sejak 1967/1968. Start ini juga menjadikan mereka tim promosi pertama sejak West Ham United pada 2012/2013 yang meraih 11 poin dalam 6 laga.

1. Sunderland berada di peringkat kelima klasemen hingga pekan keenam Premier League 2025/2026

Sunderland membuka Premier League 2025/2026 dengan capaian yang memecahkan tren negatif panjang. Dilansir BBC, selama mentas di kasta tertinggi liga Inggris, The Black Cats tak pernah memenangkan laga pada Agustus dan September dalam 25 pertandingan sejak 2012. Namun, fakta tersebut runtuh ketika Sunderland mengantongi tiga kemenangan sebelum memasuki Oktober 2025.

Catatan 11 poin dari 6 laga awal membuat Sunderland menjadi tim promosi ketujuh yang mencapai angka itu dalam sejarah Premier League. Bahkan hingga pekan keenam, Sunderland berada di peringkat kelima klasemen, mengungguli Manchester City di peringkat ketujuh. Statistik ini menunjukkan perubahan drastis dari periode 2013–2017 ketika Sunderland hanya meraih sembilan poin gabungan dari 4 musim pertama hingga Oktober.

Pelatih Sunderland, Regis Le Bris, menegaskan ambisi baru klub. Ia ingin timnya tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang sebagai pesaing. Filosofi itu terbukti dalam laga menghadapi Aston Villa pada pekan kelima dengan mampu menahan imbang meski bermain dengan sepuluh orang lebih dari 60 menit, sebuah pencapaian yang musim lalu hanya bisa dilakukan Liverpool sebagai juara Premier League.

2. Sunderland jadi tim promosi dengan rekor belanja terbesar dalam sejarah Premier League

Sunderland menempuh strategi berani untuk memastikan mereka kompetitif. Menurut The Athletic, klub menghabiskan lebih dari 160 juta pound sterling (Rp3,564 triliun) untuk mendatangkan 15 pemain baru, rekor belanja terbesar dalam sejarah tim promosi Premier League. Angka itu menjadikan Sunderland sebagai 1 dari 6 klub promosi yang pernah belanja di atas 100 juta pound sterling (Rp2,227 triliun). Mereka terdiri dari Nottingham Forest (2022/2023), Aston Villa (2019/2020), dan Leeds United (2020/2021), Ipswich Town (2024/2025), dan Fulham (2018/2019). Namun, hanya Ipswich Town dan Fulham yang terdegradasi pada musim pertama mereka.

Rekrutmen dilakukan dengan pendekatan terstruktur. Sunderland merekrut pemain muda potensial, seperti Habib Diarra, Simon Adingra, Chemsdine Talbi, Enzo Le Fee, dan Noah Sadiki. Di sisi lain, mereka juga menambah pemain berpengalaman dengan merekrut Granit Xhaka dan Omar Alderete. Kiper Robin Roefs, yang diboyong dari NEC Nijmegen, langsung mencatat 3 clean sheet dan menjadi salah satu penjaga gawang dengan jumlah penyelamatan tertinggi di Premier League.

Struktur manajemen juga berubah. Florent Ghisolfi, mantan Direktur Olahraga AS Roma dan OGC Nice, bergabung mendampingi Kristjaan Speakman dan Regis Le Bris dalam rekrutmen pemain. Kombinasi ini menghasilkan tim yang seimbang antara potensi dan pengalaman. Penjualan Jobe Bellingham, Tom Watson, dan Jack Clarke memberi pemasukan sekitar 57 juta pound sterling (Rp1,269 triliun) untuk menyeimbangkan pengeluaran. Dengan fondasi finansial sehat di bawah pemilik muda Kyril Louis-Dreyfus, Sunderland mampu menghindari risiko pelanggaran aturan Profit and Sustainability Rules (PSR).

3. Granit Xhaka jadi sosok kunci bagi performa impresif Sunderland

Identitas permainan Sunderland dibangun dari pressing intens, blok pertahanan yang terorganisir, dan transisi cepat. Lini belakang yang ditopang pemain baru, Omar Alderete dan Nordi Mukiele, menghasilkan pertahanan yang solid dengan hanya kebobolan 4 gol dari 6 laga Premier League. Keduanya segera membentuk duet solid, sementara Granit Xhaka sering turun membantu sebagai bek tambahan.

Xhaka menjadi pemain sentral dalam permainan Sunderland. Menurut laman resmi Premier League, gelandang berusia 33 tahun ini termasuk dalam lima besar gelandang yang unggul dalam sapuan (26), sapuan bola menggunakan kepala (20), dan kemenangan duel (20) setelah 6 laga. Selain kontribusi teknis, Xhaka sering memberikan motivasi singkat di ruang ganti usai laga untuk menjaga kebersamaan tim. Regis Le Bris tanpa ragu langsung menunjuknya sebagai kapten dalam pekan pertamanya di klub.

Kekuatan utama Sunderland terletak kepada rasa persatuan. Dari total 30 pemain yang tampil di Divisi Championship musim lalu, hanya sembilan yang bertahan di Premier League musim ini. Walau terjadi perombakan besar, harmoni tim tetap terjaga. Pemain muda seperti Chris Rigg, bahkan mampu merebut tempat inti saat Habib Diarra mengalami cedera. Dengan Le Bris yang berprinsip rasa kebersamaan tak bisa diganggu gugat, rekrutan anyar mampu beradaptasi cepat dan para pemain lama yang kehilangan tempat tetap termotivasi.

Sunderland telah mengubah narasi dari tim yang hanya diprediksi bertahan hidup menjadi salah satu klub paling menarik pada awal Premier League 2025/2026. Rekor awal musim, investasi besar dengan strategi matang, serta semangat kolektif menjadikan mereka lebih dari sekadar tim promosi. Jika konsistensi ini terjaga, Sunderland tidak hanya akan selamat, tetapi juga berpotensi mencatat sejarah baru di kasta tertinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo Sy