Sunderland menempuh strategi berani untuk memastikan mereka kompetitif. Menurut The Athletic, klub menghabiskan lebih dari 160 juta pound sterling (Rp3,564 triliun) untuk mendatangkan 15 pemain baru, rekor belanja terbesar dalam sejarah tim promosi Premier League. Angka itu menjadikan Sunderland sebagai 1 dari 6 klub promosi yang pernah belanja di atas 100 juta pound sterling (Rp2,227 triliun). Mereka terdiri dari Nottingham Forest (2022/2023), Aston Villa (2019/2020), dan Leeds United (2020/2021), Ipswich Town (2024/2025), dan Fulham (2018/2019). Namun, hanya Ipswich Town dan Fulham yang terdegradasi pada musim pertama mereka.
Rekrutmen dilakukan dengan pendekatan terstruktur. Sunderland merekrut pemain muda potensial, seperti Habib Diarra, Simon Adingra, Chemsdine Talbi, Enzo Le Fee, dan Noah Sadiki. Di sisi lain, mereka juga menambah pemain berpengalaman dengan merekrut Granit Xhaka dan Omar Alderete. Kiper Robin Roefs, yang diboyong dari NEC Nijmegen, langsung mencatat 3 clean sheet dan menjadi salah satu penjaga gawang dengan jumlah penyelamatan tertinggi di Premier League.
Struktur manajemen juga berubah. Florent Ghisolfi, mantan Direktur Olahraga AS Roma dan OGC Nice, bergabung mendampingi Kristjaan Speakman dan Regis Le Bris dalam rekrutmen pemain. Kombinasi ini menghasilkan tim yang seimbang antara potensi dan pengalaman. Penjualan Jobe Bellingham, Tom Watson, dan Jack Clarke memberi pemasukan sekitar 57 juta pound sterling (Rp1,269 triliun) untuk menyeimbangkan pengeluaran. Dengan fondasi finansial sehat di bawah pemilik muda Kyril Louis-Dreyfus, Sunderland mampu menghindari risiko pelanggaran aturan Profit and Sustainability Rules (PSR).