Pengamat teknis menjadi cara UEFA agar penghargaan player of the match dipilih seprofesional dan seobjektif mungkin. Namun, perdebatan pada akhirnya tetap tidak bisa dihindarkan. Beberapa pilihan dari pengamat teknis kerap mengundang pertanyaan.
Gianluigi Donnarumma merupakan salah satu contoh teranyarnya. Dalam dua pertandingan terakhir bersama Paris Saint-Germain di Liga Champions 2024/2025, kiper asal Italia ini tidak terpilih sebagai POTM meski tampil menawan. Itu terjadi saat PSG kalah dari Aston Villa (16/4/2025) dan menang atas Arsenal (29/4/2025).
Saat PSG kalah dari Aston Villa dengan skor 2-3, pengamat teknis memilih Ousmane Dembele sebagai POTM. Sementara, kala Les Parisiens menaklukkan Arsenal dengan skor 1-0, mereka menyerahkan trofi kepada Vitinha. Bukti keputusan pengamat teknis tidak bisa diterima bahkan datang dari kedua pemain tersebut langsung. Dembele dan Vitinha justru mengakui Donnarumma seharusnya menjadi pemain yang lebih layak untuk menjadi POTM.
Keputusan pengamat teknis pada laga Aston Villa kontra PSG bahkan sampai mendapat kritik pedas dari dua legenda. Zvonimir Boban dan Fabio Capello menilai orang yang memilih Dembele menjadi POTM pada pertandingan tersebut tidak memahami sepak bola. Mereka bahkan menuntut agar sosok yang bertanggung jawab tidak dipercaya lagi oleh UEFA untuk memilih POTM.
Boban dan Capello bisa dibilang cukup memiliki otoritas untuk menyampaikan pendapat tersebut. Pasalnya, mereka memang mempunyai pengalaman dalam urusan ini. Boban pernah menjabat posisi kepala sepak bola di UEFA pada 2021 hingga 2024. Sementara, Capello merupakan salah satu pengamat teknis di Euro 2024.
Layaknya seperti ketika wasit memutuskan pelanggaran, pemilihan POTM oleh pengamat teknis memang dipastikan tidak akan sepenuhnya selalu bisa disetujui semua pihak. Perdebatan akan hadir karena manusia menjadi aktor utama dari olahraga ini. UEFA lantas berusaha untuk meminimalisir situasi tersebut lewat pembentukan sebuah panel khusus yang dibekali dengan indikator yang jelas.