Suporter Maccabi Tel Aviv di pertandingan UEFA Europa League 2024/2025. (instagram.com/maccabitlvfc)
Perbedaan nasib dua klub asal Israel dan Rusia tadi adalah standar ganda terbrutal dalam sepak bola. Keduanya sama-sama melanggar konvensi internasional tentang perdamaian, tetapi dapat perlakuan yang jauh berbeda. Rusia disanksi hampir seketika itu juga. Perusahaan-perusahaan Rusia bahkan diputus kontrak kerja samanya dengan FIFA dan UEFA. Namun, tak ada yang terjadi dengan Israel setelah berbulan-bulan melakukan agresi yang menunjukkan indikasi genosida.
Leyla Hamed, seorang jurnalis olahraga melalui media Turki, Anadolu Agency, membeberkan temuan-temuannya soal kaitan erat antara atlet dengan militer Israel. Ini karena mereka adalah salah satu negara yang memberlakukan kewajiban militer untuk warga negaranya tanpa pandang gender. Hamed menemukan beberapa atlet high-profile Israel yang dengan terang-terangan pernah jadi bagian dari Israel Defense Forces (IDF) serta menunjukkan dukungan terbuka terhadap agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Unggahan berbau glorifikasi IDF juga bisa ditemukan dengan mudah di media sosial klub sepak bola Israel, termasuk di Maccabi Tel Aviv.
Ini tidak terjadi di Rusia. Sejak Februari 2022, tidak ada satu pun atlet Rusia yang secara terbuka mendukung invasi ke Ukraina. Hampir semua memilih untuk bungkam atau menyatakan komitmen mereka untuk tidak ikut campur dalam urusan politik. Meski kebijakan wajib militer berlaku di Rusia, tak ada pula atlet mereka yang dengan bangga menunjukkan riwayat keikutsertaan dalam program tersebut. Tak ada klub Rusia yang mengunggah sesuatu yang beraroma militer layaknya klub-klub sepak bola Israel.
Perbedaan perlakuan dan sikap ini jelas bikin publik makin geram dan makin menyangsikan komitmen FIFA dan UEFA. Perbedaan nasib Maccabi Tel Aviv dan Zenit bisa jadi salah satu bukti standar ganda terjelas dalam sepak bola.