Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Diego Ribas (werder.de)

Intinya sih...

  • Diego Ribas, pemain Brasil berbakat dari akademi Santos, memulai karier gemilangnya bersama Werder Bremen dan berhasil membawa klub tampil di Liga Champions Eropa serta meraih gelar juara DFB Pokal.
  • Pindah ke Juventus menjadi awal penurunan karier Diego setelah gagal memenuhi ekspektasi dengan hanya mencetak 7 gol dan 16 assist dalam 44 laga, sehingga dijual ke VfL Wolfsburg.
  • Meski sempat bangkit dengan Atletico Madrid dan Flamengo, Diego akhirnya memutuskan pensiun sebagai pesepak bola setelah kariernya yang penuh lika-liku. Total ia mencetak 42 gol dan 32 assist dari 282 penampilan bersama Flamengo.

Brasil dikenal sebagai negara penghasil pesepak bola berbakat. Namun, tidak semua pemain Brasil mampu menuai kesuksesan usai mendapat sorotan dari media dan fans. Sebagian dari mereka malah mengalami penurunan karier yang cukup tajam akibat salah mengambil keputusan.

Seperti yang terjadi kepada Diego Ribas, pesepak bola Brasil dengan talenta luar biasa. Ia dikenal sebagai pemain kreatif yang memiliki kemampuan dribel, kecepatan, kecerdasan, dan visi permainan di atas rata-rata. Namun, karier Diego merosot akibat kesalahannya dalam mengambil langkah saat memilih klub.

Lantas, seperti apa kejatuhan karier Diego Ribas? Berikut cerita lengkapnya.

1. Namanya mulai dikenal ketika bermain apik di Santos

Diego Ribas (instagram.com/diegoribas10)

Diego Ribas merupakan produk asli akademi Santos. Ia melakoni debutnya saat usianya baru 16 tahun dan memenangkan Serie A Brasileiro pada musim 2002. Diego bersama pemain berbakat lainnya, macam Robinho dan Elano, sukses membawa Santos begitu berjaya awal 2000-an.

Penampilan apik Diego sukses menarik perhatian klub-klub besar. Namun, FC Porto berhasil mendatangkannya pada musim panas 2004. Diego tampil tidak terlalu buruk dengan catatan 6 gol dan 1 assist dari 63 laga di semua kompetisi. Namun, ia memutuskan pindah ke Jerman bersama Werder Bremen pada musim panas 2006.

2. Menjadi bintang Bundesliga selama membela Werder Bremen

Diego Ribas (werder.de)

Diego Ribas memasuki puncak kariernya bersama Werder Bremen pada periode 2006--2009. Ia berhasil mengeluarkan potensi terbaiknya dengan kemampuan dribel, visi permainan, tendangan akurat, dan insting mencetak gol. Diego sukses menorehkan 54 gol dan 42 assist dalam 132 penampilan di semua kompetisi bersama Bremen.

Ia berhasil membawa Bremen secara konsisten tampil di Liga Champions Eropa pada 2007/2008 dan 2008/2009. Diego juga turut berkontribusi dalam perjalanan Bremen meraih gelar juara DFB Pokal pada 2008/2009. Ia akhirnya menjadi incaran klub-klub besar Eropa.

3. Kepindahan ke Juventus menjadi awal petaka bagi karier Diego

Diego akhirnya memilih Juventus sebagai destinasi berikutnya pada musim panas 2009. I Bianconeri menebus pemain asal Brasil itu dengan harga 27 juta euro atau Rp476 miliar. Diego menjadi pembelian termahal Juventus setelah terdegradasi ke Serie B pada 2006 silam.

Dilansir Goal, Diego menceritakan bagaimana dirinya menerima tawaran Juventus ketimbang klub-klub besar lain. Ia mengaku mendapat tawaran impian dari Bayern Muenchen dan sempat mengadakan pembicaraan dengan Real Madrid yang juga menginginkannya. Namun, Juventus mengontaknya sampai tiga kali pada pengujung Bundesliga 2008/2009. Ia terinspirasi dari pemain-pemain Brasil lainnya, seperti Ronaldo Nazario dan Ricardo Kaka, yang bersinar di Serie A Italia.

Namun, keputusan Diego menerima tawaran Juventus merupakan awal dari penurunan karier. Ia sebenarnya mampu menorehkan 7 gol dan 16 assist dalam 44 laga di semua kompetisi pada 2009/2010. Namun, permainan Diego tidak sesuai ekspektasi dan gagal membawa I Bianconeri lolos ke Liga Champions Eropa pada 2010/2011. Fans dan media langsung memberikan label pembelian flop kepada Diego akibat performa buruk Juventus pada 2009/2010. Ia akhinya dijual kepada VfL Wolfsburg dengan harga 15 juta euro atau Rp264 miliar pada musim panas 2010.

4. Sempat bangkit bersama Wolfsburg, tetapi gagal lagi di Atletico Madrid

Diego Ribas (atleticodemadrid.com)

Diego sebenarnya sempat bangkit ketika membela Wolfsburg pada 2010/2011. Statistiknya tidak terlalu buruk lewat torehan 6 gol dan 10 assist dalam 32 laga di semua kompetisi. Namun, manajemen Wolfsburg justru menerima tawaran Atletico Madrid yang ingin meminjam Diego pada musim panas 2011.

Performa sang pemain cukup impresif dengan mencetak 6 gol dan 14 assist dalam 43 pertandingan. Ia sukses mengantarkan Atletico Madrid menjuarai Liga Europa pada 2011/2012. Diego kemudian kembali ke Wolfsburg dan berhasil mencatat 13 gol dan 8 assist dalam 37 laga.

Ia sekali lagi pindah ke Atletico Madrid kali ini dengan status permanen pada Januari 2014. Sayangnya, Diego hanya menorehkan 2 gol dan 1 assist dari 19 pertandingan di semua kompetisi pada paruh kedua 2013/2014. Atletico Madrid akhirnya langsung melepasnya secara gratis kepada Fenerbahce pada musim panas 2014.

5. Pensiun sebagai pesepak bola pada November 2022

Permainan Diego di Fenerbahce tidak begitu istimewa. Ia hanya mencatat 75 penampilan dengan torehan 8 gol dan 13 assist selama 2 tahun. Diego akhirnya pulang ke Brasil untuk bergabung dengan Flamengo pada musim panas 2016.

Performanya memang tidak sebagus kala membela Werder Bremen. Akan tetapi, Diego turut berkontribusi saat Flamengo menjuarai Copa Libertadores 2 kali pada 2018/2019 dan 2021/2022 serta Serie A Brasileiro pada 2019--2020. Ia akhirnya memutuskan pensiun sebagai pesepak bola pada November 2022. Diego mencetak total 42 gol dan 32 assist dari 282 penampilannya di semua kompetisi bersama Flamengo pada medio 2016--2022.

Lika-liku perjalanan karier Diego Ribas cukup disayangkan. Ia sempat menjadi bintang Bundesliga, tetapi kariernya merosot ketika memutuskan pindah ke Juventus. Nama Diego Ribas bakal selalu dikenang sebagai pesepak bola berbakat dari Brasil yang gagal memenuhi ekspektasi saat bermain di klub besar Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team