Secara posisi, Djed Spence dikenal sebagai bek kiri, tetapi juga memiliki fleksibilitas untuk bermain di bek kanan maupun sayap kanan. Kemampuan ini memberinya nilai tambah, terutama di level tim nasional yang membutuhkan variasi taktik. Spence tidak hanya kuat bertahan, tetapi juga aktif dalam transisi menyerang.
Data Opta Analyst menunjukkan, Spence menempati peringkat ke-11 dari 191 pemain Premier League 2024/2025 dalam tingkat keberhasilan tekel 1 lawan 1 di angka 71,2 persen. Catatan ini menempatkannya sejajar dengan bek spesialis bertahan, hanya kalah dari nama-nama seperti Aaron Wan-Bissaka dan Tyrick Mitchell. Ia juga tercatat hanya tujuh kali dilewati lawan dalam 25 penampilan liga, yang menunjukkan kekuatan defensif yang solid.
Dalam aspek ofensif, Spence tercatat melakukan rata-rata 3,6 dribel per 90 menit dengan 1,9 sukses, angka tertinggi di antara semua bek yang tampil minimal 1.000 menit. Selain itu, ia mencatat 4,9 long progressive carries per 90 menit, yang menempatkannya di peringkat kedua di Premier League. Catatan ini memperlihatkan betapa efektifnya Spence dalam membawa bola ke depan sekaligus menjadi ancaman langsung bagi bek sayap papan atas seperti Achraf Hakimi pada UEFA Super Cup 2025.
Meski begitu, kontribusinya dalam umpan progresif masih perlu ditingkatkan karena ia berada di peringkat menengah bawah untuk kategori tersebut. Hanya 6,8 persen dari operan suksesnya dalam situasi open play yang tercatat sebagai progresif, angka yang cukup rendah jika dibandingkan dengan full-back lain di Premier League. Kondisi ini menunjukkan, walaupun Spence unggul dalam membawa bola melalui dribel dan progresi individu, ia masih kurang konsisten dalam membangun serangan lewat distribusi operan.
Karier Djed Spence merupakan cerminan perjalanan penuh rintangan yang berujung pada pengakuan tertinggi di level tim nasional. Dari diragukan hingga akhirnya dipanggil The Three Lions, ia membuktikan kerja keras, keyakinan, dan ketangguhan mental dapat mengubah keraguan menjadi keberhasilan.