Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pemain sepak bola di lapangan
ilustrasi pemain sepak bola di lapangan (Pexels.com/Cesar O'neill)

Intinya sih...

  • FK Arkadag didirikan bersamaan dengan kota pintar bernama sama

  • Bukan fenomena aneh di negara non-demokrasi dan demokrasi parsial

  • Sempat berjaya di AFC Challenge League, tapi tak berkutik saat berlaga di ACL 2

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada satu klub menarik di AFC Champions League Two 2025/2026 (ACL 2), FK Arkadag namanya, sebuah klub sepak bola yang didirikan mantan presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedow, pada 2023. Cukup baru, tetapi klub ini langsung mendominasi Yokary Liga, liga sepak bola utama Turkmenistan.

Mereka meraih tiga gelar juara berturut-turut pada 2023, 2024, dan 2025. Ini yang menjelaskan partisipasi mereka di ACL 2 2025/2026. Namun, berbanding terbalik dengan prestasi domestik mereka, FK Arkadag terseok-seok di ACL 2 dengan hanya meraih empat poin dan otomatis jadi juru kunci Grup B. Menarik kiranya buat mengupas lebih dalam dua sisi FK Arkadag, klub yang dibuat seorang diktator.

1. Didirikan bersamaan dengan pendirian kota pintar bernama sama

Arkadag FK tidak didirikan tanpa alasan. Gurbanguly Berdimuhamedow yang “mundur” dari jabatannya sebagai presiden pada 2022, tetapi menyerahkan jabatannya kepada sang putra, Serdar, Fokus menggarap proyek baru berupa pembangunan kota pintar pertama di Turkmenistan bernama Arkadag. Seperti banyak kota pintar lain di dunia, ia diklaim ramah lingkungan dan berorientasi masa depan, walaupun entah implementasi benar sejalan atau tidak dengan visi-visi tersebut. Kota baru berarti fasilitas dan atraksi baru.

Itulah yang mendorong Berdimuhamedov yang kini menjabat ketua dewan rakyat mendirikan Arkadag FK, setahun setelah nama kota tersebut diumumkan. Dengan mudah, ia menggaet figur sepak bola terbaik di negeri itu untuk hijrah ke klub tersebut, termasuk beberapa pemain senior langganan timnas macam Didar Durdyyev, Mekan Saparov, Arslanmurad Amanov. Durdyyev bahkan sudah tiga kali meraih gelar top skor Yokary Liga bersama klub barunya tersebut. Mereka juga merekrut legenda Timnas Turkmenistan, Wladimir Bayramow, sebagai kepala pelatih.

2. Bukan fenomena yang aneh di negara-negara nondemokrasi dan demokrasi parsial

Dalam waktu singkat, Arkadag FK langsung jadi pesaing berat juara bertahan liga utama Turkmenistan, FK Altyn Asyr, yang sempat mendominasi Yokary Liga mulai pada 2014 dengan raihan tujuh gelar juara. Sama dengan Arkadag, Altyn Asyr juga dikelola badan yang terafiliasi erat dengan pemerintah, tetapi tentunya tidak dikelola langsung oleh si mantan presiden. Tak pelak, kemajuan pesat mereka menimbulkan kecurigaan. Namun, tak ada pula yang bisa dilakukan orang Turkmenistan soal itu mengingat negara mereka mengadopsi sistem otoriter dengan klan Berdimuhamedow sebagai pemegang kuncinya.

Fenomena macam ini bukan yang pertama di negara-negara nondemokrasi dan demokrasi parsial. Di Tajikistan, kamu bisa menemukan FC Istiklol, sebuah klub sepak bola yang didirikan pada 2007 oleh Rustam Emomali, putra presiden Tajikistan, Emomali Rahmon. Asia Tengah mungkin layak disebut saudara dekat Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, ada Garudayaksa FC, klub sepak bola berbasis di Bekasi yang membeli lisensi dari PSKC Cimahi dan mencantumkan nama Prabowo Subianto sebagai pendiri.

3. Sempat berjaya di AFC Challenge League, Arkadag FK tak berkutik saat berlaga di ACL 2

Sebagai gambaran betapa mencoloknya Arkadag FK di liga domestik, mereka berhasil meraih 72 poin dari 24 laga pada musim perdana. Itu berarti mereka memenangkan tiap pertandingan sepanjang musim kompetisi 2023. Kisah manis mereka berlanjut di AFC Challenge League 2024/2025. Debut di turnamen internasional tersebut langsung dijawab dengan gelar juara yang otomatis membuat mereka naik kasta ke ACL 2 pada 2025/2026.

Di sinilah fakta baru terungkap. Arkadag ternyata belum bisa bersaing dengan klub-klub Asia lain. Tergabung dalam Grup B bersama Al Ahli (Qatar), Khalidya (Bahrain), dan Andijan (Uzbekistan), Arkadag jadi juru kunci dengan raihan 4 poin dari 5 pertandingan, hasil dari 4 kali seri dan 1 kali kalah. Sebenarnya, tidak mengejutkan melihat Arkadag FK yang perkasa di liga domestik tertatih-tatih di turnamen internasional.

Dua sisi Arkadag FK itu bisa diasumsikan jadi dua hal. Pertama, tingkat kompetisi sepak bola Turkmenistan yang belum bisa dibilang baik. Kedua, indikasi kalau Arkadag banyak dibantu tangan-tangan ajaib di Turkmenistan seperti dugaan sejumlah fans, mengingat mereka terafiliasi langsung dengan klan diktator Berdimuhamedow. Bagaimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team