Harus diakui, tidak ada tuan rumah yang sempurna. Selalu ada kekurangan dan isu dalam penyelenggaraan sebuah pesta olahraga. Namun, menurut organisasi-organisasi nirlaba seperti Amnesty International dan Human Rights Watch yang vokal menyuarakan isu ini, beberapa tuan rumah dapat label kontroversial karena punya rekam jejak buruk soal pelanggaran HAM. Tepatnya, indikasi pelanggaran HAM terhadap pekerja yang direkrut untuk membangun stadion-stadion baru.
Tak hanya Qatar, Brasil dan Rusia juga terjegal isu yang sama. Arab Saudi berpotensi melakukan hal serupa karena harus membangun delapan stadion baru untuk Piala Dunia 2034. Negara-negara yang sudah punya infrastruktur olahraga memadai memang tersedia, tetapi terpusat di beberapa negara saja. Dilemanya, bila menggunakan logika ini, Piala Dunia akan lebih sering diadakan di Eropa dan mungkin beberapa negara Asia Timur dan Amerika Latin.
Selain itu, isu-isu yang tidak bersinggungan langsung dengan sepak bola seperti konstelasi politik negara tuan rumah saat turnamen berlangsung juga jadi faktor. Benito Mussolini yang beraliran fasis memimpin Italia saat Piala Dunia 1934 berlangsung di negara itu. Argentina sedang dikuasai pemerintah junta yang memberantas oposisi mereka secara brutal saat menyelenggarakan Piala Dunia 1978. Vladimir Putin yang terbukti merepresi aktivis dan oposisi juga berstatus presiden saat Piala Dunia 2018 diadakan di Rusia. Pada 2014, saat menyelenggarakan Piala Dunia, Brasil berada di bawah pemerintah Partai Pekerja yang para anggotanya sedang diinvestigasi karena terjerat skandal korupsi massal.
Negara-negara Teluk Arab seperti Qatar dan Arab Saudi tidak menerapkan sistem demokrasi, ditambah beberapa laporan pelanggaran HAM terhadap kelompok marginal (perempuan dan komunitas LGBTQ+) dan progresif (aktivis, jurnalis, akademisi). Namun, masalah pelanggaran HAM dan ideologi politik biasanya bisa ditepis dengan dalih kalau standar, regulasi, dan nilai yang dianut tiap negara berbeda-beda. Sementara, aktivis dan organisasi nirlaba menggunakan perspektif liberal Barat sebagai standar.