Mengawali musim 2024/25, Madrid sama seperti ManCity yang doyan meraih kemenangan. Masuknya Kylian Mbappe nampak memberikan warna baru dalam permainan Los Blancos.
Namun, usai ditahan imbang Atletico Madrid di LaLiga, periode buruk tim Jude Bellingham dan kolega dimulai. Mereka kemudian keok dari Lille dalam laga Liga Champions.
Inkonsistensi Madrid berlanjut, Usai menang tiga laga beruntun (dua LaLiga dan satu Liga Champions, mereka bahkan ditaklukkan Barcelona (1-4) dan AC Milan (1-3) di Santiago Bernabeu.
Ruang ganti Madrid mulai memanas di tengah hasil inkonsisten itu. Mbappe seolah tak bisa berbuat banyak, sementara Bellinghma kehilangan ketajamannya, tak seperti musim lalu.
Sempat menang di dua laga LaLiga, Madrid kemudian kalah lagi di Bernabeu dalam laga Liga Champions. Kali ini, giliran Liverpool yang membuat mereka jadi pesakitan.
Kekalahan terakhir Madrid terjadi saat dikalahkan tuan rumah Atletico Bilbao 2-1 di LaLiga. Hal itu membuat posisi Carlo Ancelotti di kursi pelatih, diragukan.
Perlahan tapi pasti, Ancelotti kembali membangkitkan Madrid. Usai membawa tim menang atas Girona (3-0) di LaLiga dan bungkam Atalanta (3-2) di Liga Champions, dia mengantarkan anak asuhnya meraih gelar Piala Interkontinental usai kalahkan Pachuca pada 19 Desember.
Tahun 2024 pun ditutup Madrid dengan kemenangan telak 4-2 atas Sevilla dalam ajang LaLiga di Stadion Bernabeu.