Luciano Spalletti saat menjabat pelatih kepala Zenit (instagram.com/zenit_spb)
Kejayaan Zenit berlanjut pada era 2010-an. Luciano Spalletti ditunjuk menggantikan Advocaat pada 2009. Ia mendatangkan Hulk dari FC Porto dan Axel Witsel dari Benfica pada 2012 yang jadi pemain kunci Zenit usai kepergian beberapa pemain generasi emas mereka.
Sepanjang 2010-an, Zenit dengan mudah mendatangkan pemain dan pelatih baru, termasuk dari luar Rusia. Andre Villas-Boas, yang pernah melatih Chelsea dan Tottenham misalnya, didatangkan pada 2014. Ia berhasil mengantar Zenit merengkuh juara RPL ketiga pada 2014/2015. Namun, musim berikutnya, performa tim merosot drastis.
Ada faktor eksternal seperti kebijakan pembatasan pemain asing di situ. Dipicu pula dengan beberapa kebijakan kontroversialnya yang dianggap tidak menghargai pemain homegrown, manajemen mengganti Villas-Boas dengan Roberto Mancini pada 2017. Mancini menambah jumlah daftar pemain asing di Zenit, yakni Domenico Criscito, Sebastian Driussi, dan Leandro Paredes.
Mancini tak lama di Zenit. Belum genap setahun, manajemen dan Mancini sepakat mengakhiri kontrak kerja. Posisinya kemudian digantikan Sergey Semak yang juga mantan pemain dan pernah jadi asisten pelatih selama beberapa tahun. Semak adalah pelatih kepala lokal kedua yang direkrut Zenit sejak Gazprom menguasai klub tersebut.
Meski sempat diragukan, Semak ternyata mampu membawa Zenit mendominasi sepak bola Rusia. Sejak 2018/2019 hingga 2022/2023, gelar juara RPL selalu digondol klub berkostum biru langit itu. Bila Mancini membawa pemain Argentina ke skuadnya, Semak banyak mendatangkan pemain Brasil.
Dimulai dengan Malcom dan Douglas Santos pada 2019; Wendel pada 2020; Claudinho pada 2021; Mantuan, Quaresma, Cassiera, dan Rodrigao pada 2022; serta Robert Renan pada 2023. Didukung kepergian Artem Dzyuba, Sardar Azmoun dan Dejan Lovren, para pemain Brasil lebih leluasa menempati lini belakang, tengah, dan depan Zenit. Mereka jadi pilihan utama Semak sebagai starting eleven mengalahkan pemain-pemain lokal Rusia lain.
Sejak pemain Brasil mengisi skuad Zenit, mereka tak menemukan kesulitan berarti di liga domestik. Zenit bisa dengan mudah mengalahkan rival terberat mereka dengan kemenangan telak. Pada 2021/2022, Zenit mengalahkan Spartak dengan skor 7-1. Lokomotiv pernah dihantam dua kali dengan skor 6-1 dan 5-0.
Rata-rata akumulasi poin mereka di RPL sejak ditangani Semak selalu jauh di atas runner-up. Bila Zenit bisa mengumpulkan 60-70 poin per musim, poin tim di peringkat dua bahkan tak sanggup menggamit 60 poin. Saat mereka menasbihkan diri sebagai juara RPL untuk kesekian kalinya pada 2022/2023, publik pun tak lagi terkejut.