Rodrigo Bentancur (twitter.com/SpursOfficial)
FA kemudian dinilai memiliki standar ganda dalam menangani kasus rasisme Rodrigo Bentancur dan Enzo Fernandez. Namun, keputusan untuk menjatuhkan sanksi kepada Bentancur sebenarnya memiliki dasar yang jelas. Perbedaan sanksi ini muncul karena masalah yurisdiksi.
Meskipun wawancara tersebut dilakukan di luar musim kompetisi, Bentancur masih terikat oleh peraturan FA. Saat melakukan wawancara tersebut, ia belum sepenuhnya dilepaskan dari kewajiban bersama Tottenham Hotspur. Oleh karena itu, meskipun komentar tersebut terjadi di luar Inggris, FA tetap memiliki yurisdiksi untuk memberikan sanksi karena Bentancur adalah pemain yang aktif bermain di English Premier League (EPL).
Ketika insiden rasisme yang melibatkan Enzo Fernandez terjadi, pemain tersebut sedang membela Timnas Argentina. Hal ini menempatkan kejadian tersebut di luar yurisdiksi langsung dari FA. Pasalnya, selama masa tugas internasional, pemain berada di bawah pengawasan federasi sepak bola negara asal atau konfederasi sepak bola benua masing-masing. Dalam kasus ini, federasi yang berwenang adalah FIFA, CONMEBOL, atau Federasi Sepak Bola Argentina (AFA).
Atas tindakan rasisme yang dilakukan oleh Enzo Fernandez dan beberapa pemain Timnas Argentina lainnya, Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) telah secara resmi mengajukan gugatan kepada FIFA. FFF menganggap tindakan tersebut sangat serius dan menuntut adanya tindakan tegas dari FIFA sebagai badan sepak bola dunia. Namun, hingga saat ini, belum ada keputusan final atau pernyataan resmi dari FIFA terkait laporan yang diajukan oleh FFF.
Kasus rasisme yang dilakukan Rodrigo Bentancur dan Enzo Fernandez menyoroti pentingnya peran FIFA dalam memperbaiki sistem penanganan kasus diskriminasi. Perbedaan dalam yurisdiksi dan sanksi yang diterapkan menunjukkan perlunya standar yang lebih konsisten dan adil dalam menindak rasisme dalam sepak bola.