IDN Times/Habil Misbachul
Hudaaboys bersyukur, dirinya termasuk jadi orang-orang yang selamat dari kerusuhan dalam tragedi di Maguwoharjo. Namun demikian, dia merasa sedih lantaran lebih dari 150 orang yang mayoritas merupakan pendukung Arema, harus gugur ketika mendukung klub yang dicintainya.
Dia pun memastikan bakal berhenti dulu dari kesibukannya mendukung Arema. Walau dirasa sulit, hal itu dilakukan untuk menghormati korban.
“Saya mengira cinta sepak bola adalah romantisme nyata yang di dalamnya ada drama dan cinta sebenarnya. Nyatanya sepak bola telah merenggut nyawa saudara saya. Sungguh ini kabar pahit untuk diterima,” kata @Hudaaboys.
Dia tak mengelak, semua pihak sudah melakukan kesalahan, termasuk masuknya suporter ke lapangan selepas laga. Akan tetapi, dia menyayangkan tindakan pihak keamanan yang menghujani seluruh sudut, baik di dalam hingga luar stadion dengan gas air mata.
“Untuk pelemparan gas air mata ke tribune, sya tak tahu, saya hanya mendengarkan dari luar stadion. Dan, bayangkan di dalam ada pelemparan gas air mata, lalu di luar juga demikian, menurut saya ini seperti pembunuhan massal yang disengaja,” tulis dia dalam pernyataanya.
Dia mengaku, tak sempat merekam kejadian nahas yang menimpa pendukung Arema di Stadion Kanjuruhan. Sebab, prioritasnya adalah lari menyelamatkan diri untuk menjaga nyawanya.
Tak bisa dipungkiri, Hudaaboys mengaku trauma yang dirasakan usai tragedi Kanjuruhan bakal terus membekas. Namun, harapannya satu, kejadian yang menewaskan ratusan korban di Kanjuruhan, jadi persitiwa terakhir yang terjadi di lapangan hijau.