Pelabuhan Salahutu (bptdmaluku.com)
Menelusuri sejarah marga Bakarbessy tidak bisa lepas dari asal-usul negeri Waai dan Gunung Salahutu di Kabupaten Maluku Tengah. Mengutip buku Tragedi Maluku: Sebuah Krisis Peradaban, Analisis Kritis oleh John Pieris yang diterbitkan 2004 lalu, Waai adalah negeri di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah.
Nama Waai berasal dari kata wai dalam bahasa lokal yang artinya air atau sungai. Diberi nama Waai karena daerah ini terletak antara dua sungai yang berhulu di Gunung Salahutu. Salah satu sungai tersebut warnanya terlihat perak saat siang hari dan disebut waiselaka.
Lalu, bagaimana awal mula terbentuknya negeri Waai? Mengutip Sejarah Negeri Waai dan Lumatau oleh Maria Palijama dan Seleky dari Pusat Studi Maluku Universitas Pattimura Ambon pada 2012, negeri Waai memiliki sejarah yang panjang.
Menurut cerita leluhur, warga Waai berasal dari Pulau Seram dan Tuban, Jawa Timur. Orang Waai pertama berasal dari Seram, lalu tiba di pesisir timur Pulau Ambon dan mendaki Gunung Salahutu.
Pada abad 17, salah satu pendeta dari negeri Rumahtiga, Hoeden Horen atau van Horen, bertugas menyebarkan injil dan menuju wilayah pegunungan Salahutu. Di sana, pendeta Horen tinggal lama di kampung warga untuk mengajak mereka turun dan tinggal dekat tepi pantai karena akses terhadap kebutuhan hidupnya lebih mudah.
Namun, usaha untuk turun gunung sering gagal karena berbagai faktor, salah satunya banjir. Hingga Johanis Tuhalauruw melempar tombak pusaka hingga tertancap di daratan yang berkarang.
Kemudian, mereka merencanakan perjalanan untuk turun ke tepian pantai. Mereka juga menunjuk moyang Barnadus Reawaruw menjadi pemimpin mereka di negeri yang baru nanti. Mereka memberi nama negeri baru tersebut dengan nama Waai (air/sungai) karena daerah tersebut diapit oleh sungai-sungai besar dari Gunung Salahutu.