pemain FC St Pauli (instagram.com/fcstpauli)
FC St Pauli bukan satu-satunya klub yang vokal secara politik di Jerman. Namun, bisa dibilang, mereka satu dari sedikit klub sepak bola di negeri itu yang paling sering mengampanyekan isu-isu yang sejalan dengan ideologi sosialisme dan nilai progresif. Beberapa di antaranya tentang kesetaraan gender, hak komunitas LGBTQ+, antirasisme, HAM, dan antikapitalisme.
Berdiri di kawasan yang memang lekat dengan kelompok marginal di Hamburg, Jerman, hal ini menjelaskan mengapa St Pauli berbeda dengan rival sekota mereka, Hamburger SV. Tidak seperti rivalnya yang terafiliasi dengan miliarder Klaus-Michael Kuehne, St Pauli mengeklaim kalau sebagian besar saham klub dimiliki penggemar. Mereka bahkan menolak sponsorship dan kerja sama dengan perusahaan yang diragukan secara etis, seperti judi dan kripto. Klub juga menerapkan kuota minimal untuk staf dan manajemen perempuan serta sering bekerja sama dengan pebisnis lokal skala kecil dan menengah untuk berbagai kegiatan operasional.
Beberapa waktu lalu, klub secara resmi mengumumkan mundur dari X (dulu bernama Twitter) karena afiliasinya dengan Elon Musk yang seolah membiarkan platformnya jadi corong untuk ide-ide sayap kanan dan konservatif. Menariknya, meski mengeklaim sebagai klub kiri, St Pauli relatif bungkam saat berbicara isu Palestina. Mereka cenderung enggan bersuara dan memilih untuk mengambil jalur aman dengan mengutuk langkah kekerasan Hamas yang berimbas kepada agresi Israel di Gaza sampai sekarang.