Luton Town kini masuk dalam daftar keempat klub-klub yang mengalami dua kali degradasi beruntun setelah satu musim di Premier League. Swindon Town menjadi yang pertama mengalami nasib serupa pada 1993–1996. Wolverhampton Wanderers menyusul pada 2013, tetapi berhasil bangkit cepat dan kembali ke papan atas. Di sisi lain, Sunderland menjadi contoh nyata dari klub yang tenggelam lebih lama dengan menghabiskan 4 musim di League One sebelum akhirnya promosi kembali.
Pertanyaannya, akankah Luton mengikuti jejak Wolves yang mampu membalikkan keadaan, atau justru seperti Sunderland yang harus membangun ulang dari bawah dalam jangka waktu panjang? Dalam wawancaranya kepada BBC usai kekalahan dari West Brom, manajer Matt Bloomfield secara terbuka meminta maaf kepada para pendukung atas hasil yang menyakitkan ini. Ia menyatakan komitmennya untuk terus bekerja keras demi membangun kembali tim yang kompetitif.
Namun, tantangan yang dihadapi Luton di League One tidak akan mudah. Klub harus menghadapi kondisi finansial yang semakin ketat, mengelola ulang struktur gaji, serta merekrut pemain dengan bijak. Tim ini harus bersaing dengan klub-klub lain yang juga memiliki ambisi besar untuk promosi. Strategi rekrutmen yang cerdas dan pembangunan mental tim akan menjadi faktor kunci apakah mereka bisa bangkit atau tidak. Sejarah membuktikan meskipun sulit, bangkit dari dua kali degradasi bukanlah hal mustahil.
Kisah naik turun Luton Town yang drastis, dari promosi hingga degradasi dalam 2 musim, perlu menjadi bahan evaluasi serius. Dari sejarah perjuangan yang dimiliki, harapan untuk masa depan tetap ada. Namun, kebangkitan mereka sangat bergantung kepada kemampuan belajar dari kegagalan dan mengubahnya menjadi kekuatan baru.