Rivaldo Pakpahan dan Shin Tae Yong, pemain dan pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2024. (Dok. PSSI)
Saya pikir setiap pertandingan setiap hasil yang diraih oleh Timnas, pasti kinerja tim pelatih selalu dievaluasi. Saya yakin evaluasi ini sebenarnya sudah dilakukan sejauh-jauh hari, artinya tidak sekonyong-konyong, tidak tiba-tiba.
Apalagi Indonesia baru saja gagal di Piala AFF 2024 yang sebenarnya tidak masuk dalam perhitungan atau target yang dibuat oleh PSSI, karena Timnas yang hadir di Piala AFF kan memang pemain-pemain muda, bukan pemain-pemain utama.
Nah kalau kemudian evaluasi yang dilakukan sebelum Piala AFF 2024, saya pikir ya wajar, kalau kemudian evaluasi yang mendalam itu pada akhirnya menghadirkan sebuah keputusan yang memang pasti tidak populer dengan mengganti Shin.
Saya juga melihat perjalanan Timnas khususnya memang sejak kalah dari China, itu sepertinya menjadi salah satu indikasi akan terjadinya evaluasi besar-besaran yang dilakukan oleh PSSI. Cuma, memang PSSI menunggu momen.
Hanya saja memang momen ketika Indonesia setelah kalah dari Jepang, kemudian menang atas Arab Saudi, itu kemudian masyarakat kan kembali euforia. Jadi, memang keputusan mengganti pelatih ini timingnya saja yang tidak pas.
Tapi, mungkin ada hal-hal non teknis yang kita tidak tahu, tidak terpublikasi ke masyarakat, menjadi pertimbangan PSSI. Kita kan tidak pernah tahu di tubuh Timnas ini apakah ada sesuatu yang krusial, tetapi tidak bisa disampaikan ke publik, sehingga masyarakat hanya bisa berspekulasi.
Saya curiga juga mungkin di dalam tubuh Timnas ada sedikit perpecahan, mungkin ya ada konflik, barangkali yang memang tidak sampai ke telinga masyarakat.